
TIKTAK.ID – Militer AS telah menarik setidaknya setengah pasukannya dari Afghanistan. Langkah ini sesuai dengan rencana batas waktu penarikan September, kata Kepala Komando Pusat AS (CENTCOM) Jenderal Kenneth McKenzie pada Senin (7/6/21).
“Kami terus melakukan penarikan pasukan AS yang aman dan disengaja dari Afghanistan atas arahan Presiden kami dan bersama dengan sekutu dan mitra NATO kami. Kami telah menyelesaikan sekitar setengah dari seluruh proses kemunduran, dan kami akan bertemu September, batas waktu untuk menyelesaikan penarikan penuh dari Afghanistan,” kata McKenzie, seperti yang dilansir Sputniknews.
McKenzie menambahkan bahwa AS memang berencana untuk mempertahankan kedutaannya di Afghanistan, atas undangan Pemerintah Kabul. Namun lanjutnya, terserah pada pasukan lokal untuk menjaga perdamaian di daerah tersebut. Dia mencatat bahwa sebagian besar peran AS saat ini di kawasan itu adalah sebagai penasihat keamanan lokal selain melakukan operasi kontraterorisme.
Meskipun pasukan AS pada awalnya seharusnya telah keluar dari negara itu pada Mei tahun ini, para pejabat mencapai kesepakatan untuk memperpanjang batas waktu penarikan hingga 11 September, tepat pada peringatan 20 tahun serangan teror 9/11 di World Trade Center.
Dilansir DW, eskalasi kekerasan di Afghanistan terus belanjut. Dari laporan terbarunya yang dirilis pekan ini, PBB menyimpulkan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok Taliban itu terkesan dijalankan dengan niat melemahkan kapasitas Pemerintah Afghanistan dan mengintimidasi kelompok advokasi.
Laporan setebal 33 halaman itu menuduh Taliban melancarkan pembunuhan berencana sebagai bagian dari strategi perang. Mereka yang kerap dijadikan target adalah pejabat Pemerintah, perempuan, penggiat HAM atau wartawan.
“Retorika Taliban dan laporan tentang persiapan aktif mereka untuk menyambut musim perang di awal tahun mengindikasikan peningkatan operasi militer pada 2021”, tulis para pakar PBB.
Mereka juga meragukan kemampuan militer Afghanistan tanpa bantuan koalisi internasional.
Penarikan mundur pasukan AS dan NATO pada 11 September 2021 diyakini akan “menyusutkan kemampuan militer Afghanistan, yang harus beroperasi dengan jumlah drone, perlengkapan radar atau pengintaian, serta dukungan logistik, artileri atau terganggunya program pelatihan, yang lebih sedikit.”
Sementara, saat ini Taliban sedang menegosiasikan perdamaian dengan Pemerintah Afghanistan. Dalam perundingan di Doha, Qatar, kedua pihak akan merumuskan bentuk pemerintahan dan pembagian kekuasaan. Sebab itu tindak kekerasan yang dilancarkan Taliban terhadap jurnalis atau aktivis dinilai membiaskan model kekuasaan para Taliban di masa depan.