TIKTAK.ID – Presiden AS, Joe Biden dan Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhimi pada Senin (26/7/21) menyepakati secara resmi penarikan pasukan tempur AS dari Irak pada akhir tahun ini, setelah lebih 18 tahun pasukan AS bercokol di Negeri 1001 Malam tersebut.
Biden dan Kadhimi bertemu di Ruang Oval untuk pembicaraan tatap muka pertama mereka sebagai bagian dari dialog strategis antara Amerika Serikat dan Irak.
“Peran kami di Irak akan… tersedia, untuk terus melatih, membantu dan menangani ISIS saat muncul, tetapi pasukan tempur kami hengkang pada akhir tahun,” kata Biden kepada wartawan saat dia dan Kadhimi bertemu, seperti yang dilansir France24.
Saat ini ada 2.500 tentara AS di Irak yang fokus melawan sisa-sisa ISIS. Peran AS di Irak akan beralih sepenuhnya ke pelatihan dan menjadi penasihat militer Irak untuk mempertahankan diri.
Pergeseran ini diperkirakan tidak akan berdampak besar karena Amerika Serikat telah bergerak fokus pada pelatihan pasukan Irak.
Koalisi pimpinan AS menginvasi Irak pada Maret 2003 dengan tuduhan bahwa Pemerintah pemimpin Irak Saddam Hussein saat itu memiliki senjata pemusnah massal. Saddam digulingkan dari kekuasaan, tetapi senjata pemusnah massal itu tidak pernah ditemukan.
Dalam beberapa tahun terakhir, misi AS didominasi dengan membantu mengalahkan militan ISIS di Irak dan Suriah.
“Tidak ada yang akan menyatakan misi tercapai. Tujuannya adalah kekalahan abadi ISIS,” kata seorang pejabat senior Pemerintah kepada wartawan menjelang kunjungan Kadhimi.
Referensi itu mengingatkan pada spanduk besar “Mission Accomplished” di kapal induk USS Abraham Lincoln di atas tempat Bush memberikan pidato yang menyatakan operasi tempur besar di Irak pada 1 Mei 2003.
“Jika Anda melihat di mana kami berada, di mana kami memiliki helikopter Apache dalam pertempuran, ketika kami memiliki pasukan khusus AS yang melakukan operasi reguler, itu adalah evolusi yang signifikan. Jadi pada akhir tahun ini kami pikir kami akan berada di tempat yang baik untuk benar-benar secara resmi pindah ke peran penasihat dan pengembangan kapasitas,” kata pejabat itu.
Pejabat senior Pemerintah tidak akan mengatakan berapa banyak pasukan AS yang akan tetap berada di Irak untuk menjadi penasihat dan pelatih.