
TIKTAK.ID – Angkatan Darat AS melakukan latihan perang di wilayah yang dipengaruhi oleh kampanye perang Rusia – Ukraina. Latihan itu menurut Associated Press (AP) bertujuan untuk mempersiapkan peperangan di masa depan melawan musuh besar seperti Rusia dan China, tulis kantor berita itu, Sabtu (16/4/22).
Mereka yang terlibat dalam latihan di Pusat Pelatihan Nasional Fort Irwin di Gurun Mojave berbicara dalam bahasa Rusia, AP melaporkan. Sekitar 4.500 tentara dari Brigade ke-2, Divisi Kavaleri ke-1 diadu melawan pasukan fiksi “Devonian” –latihan yang jelas-jelas mewakili Rusia– yang mengendalikan kota Ujen, seperti yang dilansir Russian Today.
Dalam latihan tersebut, musuh menembakkan roket dan rudal, sambil melakukan kampanye disinformasi yang canggih untuk membuat “tuduhan palsu” terhadap pasukan Amerika. Para peserta dalam latihan itu “menyiapkan ponsel mereka untuk merekam dan memposting dengan cepat ke media sosial”, tulis laporan itu.
“Saya pikir saat ini seluruh Angkatan Darat benar-benar melihat apa yang terjadi di Ukraina dan mencoba untuk mengambil pelajaran,” kata Sekretaris Angkatan Darat, Christine Wormuth kepada AP.
“Pengalaman Rusia-Ukraina adalah ilustrasi yang sangat kuat bagi Angkatan Darat kami tentang betapa pentingnya domain informasi nantinya.”
Selama konflik, Moskow dan Kiev telah berulang kali menuduh satu sama lain menyebarkan disinformasi. Sementara itu, intelijen AS telah mengakui bahwa informasinya sendiri tentang situasi tersebut tidak “kuat”.
Sebuah laporan oleh NBC News awal bulan ini mengutip pejabat AS yang mengatakan bahwa Washington memublikasikan beberapa data yang belum diverifikasi sebagai bagian dari “perang informasi” melawan Rusia.
AS dan sekutu mereka di bawah NATO semakin banyak memasok senjata dan peralatan ke Ukraina sejak Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari.
Pada Rabu kemarin, Presiden Joe Biden mengumumkan tambahan $800 juta untuk bantuan militer ke Kiev.
Uang itu akan digunakan untuk membeli howitzer 155mm, pengangkut personel lapis baja, radar dan drone kamikaze, di antara barang-barang lainnya.
“Rakyat Amerika akan terus berdiri bersama orang-orang Ukraina yang berani dalam perjuangan mereka untuk kebebasan,” kata Biden dalam sebuah pernyataannya.
Jubir Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan bulan ini bahwa “membanjiri” Ukraina dengan senjata Barat akan memiliki “dampak negatif” pada pembicaraan damai.
Rusia melancarkan serangan besar-besaran menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan akhirnya Moskow mengakui Republik Donbass, Donetsk dan Luhansk. Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.