TIKTAK.ID – Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan kembali mengungkapkan rasa syukurnya bahwa Presiden Joko Widodo atau Jokowi sempat menjadi orang nomor satu di Ibu Kota, seperti dirinya saat ini. Anies menyampaikan hal itu ketika Jokowi memberikan kewenangan kepada Pemerintah DKI untuk mengelola stasiun kereta api.
“Kami matur Pak Presiden, kalau kami mengelola transportasi tapi tidak punya kewenangan, maka sulit minta supaya stasiun di Jakarta dikelola oleh DKI. Untungnya Presiden adalah mantan Gubernur DKI,” ujar Anies Baswedan pada Kamis (1/4/21) lalu, seperti dilansir Tempo.com.
Untuk diketahui, ini bukan kali pertama mantan tim suskes Jokowi dalam Pemilihan Presiden 2014 tersebut menyinggung Jokowi pernah menjadi Gubernur DKI. Pada awal 2020 silam, Anies juga pernah memuji peran Jokowi dalam integrasi tranportasi di Jakarta.
“Ini bisa terjadi karena Pak Presiden Jokowi pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, sehingga tahu persis,” terang Anies di Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (22/2/20).
Sementara itu, analis politik Exposit Strategic, Arif Susanto menilai pernyataan berupa rasa terima kasih oleh pejabat terhadap pendahulunya merupakan kewajaran. Pasalnya, ia mengatakan pemerintahan memang merupakan sistem yang berkelanjutan.
“Waktu Ahok mengambil alih estafet DKI dari Jokowi, dia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Jokowi,” ucap Arif.
Akan tetapi, Arif menyatakan secara komunikasi politik, pernyataan Anies kepada Jokowi ihwal transportasi publik Jakarta itu bisa menjadi “senjata”. Ia pun menduga Anies memberikan efek ganda, yakni berupa memukul sekaligus merangkul. Terlebih, lanjut Arif, bila dikaitkan dengan sejumlah pernghargaan yang diterima Pemprov DKI di bidang transportasi publik di bawah kepemimpinan Anies belakangan ini.
“Di satu sisi menyampaikan rasa terima kasih ke Jokowi, namun di sisi lain terdapat pernyataan cukup bias, yang mengarah pada Gubernur sebelumnya, tentu saja Ahok. Ahok memiliki kebijakan yang tidak integrated dalam hal transportasi publik,” kata Arif.
Ia melanjutkan, jika dilihat dari polarisasi politik sejak Pilkada DKI Jakarta 2017 hingga Pilres 2019 lalu, Jokowi dan Ahok berada di kubu yang sama. Sementara Anies termasuk salah satu sosok yang digadang-gadang sebagai kandidat dalam Pilres 2024 mendatang.
“Jadi bukan tidak mungkin Anies mendapat keuntungan dari komunikasi politik seperti itu,” jelas Arif.