Meski nadanya negatif, namun bagi politisi nada negatif itu urusan kedua, dan yang pertama yakni naiknya popularitas. Ray mengakui meraup popularitas itu mahal dan tidak mudah, namun bisa gratisan kalau di Jakarta, dengan syarat menjadi oposisi Anies.
Kemudian mantan aktivis 98 asal UIN Jakarta ini mengklaim urusan citra negatif itu merupakan bentukan. Ia melanjutkan, bisa jadi dalam hitungan bulan atau tahun, citra negatif itu nantinya akan berubah menjadi positif. Ia lantas menduga apa yang dilakukan Risma maupun respons Anies dan para pendukungnya itu semua sudah dikalkulasi.
“Jadi, Risma itu sebenarnya meminjam tangan Anies untuk mempopulerkan dirinya. Hal itu justru bisa menempatkan dirinya sebagai pesaing utama Anies di masa yang akan datang. Target pun tercapai, dan Risma sekarang blusukan ke daerah lain. Tidak hanya itu, menjelang Pilkada nanti, kemungkinan Bu Risma akan blusukan lagi di Jakarta, dan pendukung Anies akan kembali mem-‘bully’-nya. Namun itu malah bisa menjadi promosi gratis Risma,” tutur Ray.