TIKTAK.ID – Karo Penmas Mabes Polri, Brigjen Pol Rusdi Hartono mengungkapkan bahwa kini masih ada sejumlah tantangan yang mesti dihadapi oleh aparat kepolisian dan Pemerintah dalam penindakan terorisme. Rusdi mengatakan, salah satunya terkait paham atau ketidakpercayaan masyarakat terhadap aksi-aksi terorisme yang baru saja terjadi saat ini.
“Gerakan radikal yang ada sebagian (masyarakat) masih tidak percaya, atau sebagian sengaja tidak percaya. Hal ini masih terjadi di masyarakat,” ujar Rusdi ketika menjadi salah satu pemateri dalam webinar Public Virtue dengan tema “Bom di Makasar dan Penembakan di Mabes Polri, Perspektif Toleransi dan Demokrasi”, Minggu (4/4/21), seperti dilansir CNN Indonesia.
Rusdi pun mengakui saat ini masih ada banyak pihak yang menganggap dua aksi teror yang terjadi belakangan ini, yakni di Gereja Katedral Makassar pada 28 Maret dan aksi penyerangan di Mabes Polri pada 31 Maret adalah bohong.
“Bahkan ada yang berpendapat kasus Makassar dan penembakan di Mabes Polri itu rekayasa,” terang Rusdi.
Rusdi menyebut kelompok yang tidak percaya ini menyatakan pendapat mereka di muka umum, sehingga menimbulkan kebingungan di masyarakat.
“Ini merupakan realitas yang perlu kita hadapi bersama,” ucap Rusdi.
Rusdi melanjutkan, padahal kini aparat kepolisian masih terus berusaha meringkus jaringan-jaringan terorisme sejak munculnya dua aksi yang terpaut tiga hari itu. Ia menjelaskan, sudah ada identitas dan jaringan kedua pelaku terorisme itu yang berhasil dikantongi kepolisian.
Menurut Rusdi, dua aksi yang terjadi baru-baru ini memang berkaitan. Aksi tersebut pun bertaut dengan penggerebekan terorisme yang dilakukan aparat pada 6 Januari.
“Sebelumnya pada tanggal 6 Januari Densus 88 sempat melakukan tindakan preventif, tindakan pencegahan dengan melakukan penegakan hukum terhadap yang kami sebut itu kelompok Villa Mutiara. Itu terjadi di Makassar,” kata Rusdi.
Ia memaparkan, sedikitnya terdapat 20 orang yang berhasil diamankan dalam operasi Villa Mutiara, dan 18 orang di antaranya dibawa ke Jakarta. Sedangkan dua orang lainnya telah meninggal di tempat.
“Salah satu ciri khas kelompok ini adalah memiliki kemampuan mental untuk melakukan bom bunuh diri seperti itu, kemampuan mereka mentalnya untuk melakukan itu mereka memiliki, seperti itu,” imbuhnya.