TIKTAK.ID – Demonstrasi menentang aturan baru tentang kewarganegaraan di India terus berlanjut. Demonstrasi kali ini terjadi diberbagai kota dan telah mengakibatkan enam korban jiwa. Sejumlah korban tewas akibat bentrokan dengan Polisi, seperti yang dilaporkan France24.
Di kota negara bagian Assam, Guwahati polisi berpatroli di jalan-jalan dengan kondisi siaga penuh. Di kota ini ketegangan masih tetap tinggi. Bahkan enam korban tewas berasal dari kota ini. Empat korban tewas akibat ditembak polisi, satu korban tewas saat tokonya dibakar koban sedang tidur di dalamnya, sementara satu lagi karena dipukuli polisi.
Setidaknya 5 ribu orang turun berdemonstrasi di kota Assam, pada Ahad 15 Desember 2019. Polisi terus berjaga-jaga dan mengawasi para demonstran yang bernyanyi, meneriakkan dan membawa spanduk bertuliskan “Assam panjang umur.”
Baca juga: Rakyat India Protes Aturan Baru ‘Nasionalisme Hindu’ ala Modi yang Dicap Mirip Nazi
Aturan baru yang disahkan parlemen nasional pada Rabu lalu itu memungkinkan New Delhi untuk memberikan kewarganegaraan kepada jutaan imigran ilegal dari tiga negara tetangga India pada atau sebelum 31 Desember 2014. Namun aturan ini tak berlaku bagi imigran yang beragama Islam.
Kekhawatiran tak hanya muncul dari kalangan umat Islam tapi juga warga India lain. Mereka tak senang dengan masuknya umat Hindu dari Bagladesh yang masuk India ingin mendapatkan kewarganegaraan.
“Assam akan terus memlakukan protes. India adalah negara demokrasi dan pemerintah harus mendengarkan kami,” kata Karan Mili, seorang kolega dari salah satu korban, Iswor Nayak yang berusia 25 tahun, meninggal Ahad.
“Kami tidak menginginkan kekerasan tetapi protes akan terus berlanjut … Assam tidak akan berhenti sampai pemerintah mencabut undang-undang itu,” demonstran lain, Pratima Sharma.
Baca juga: Kebakaran Pabrik Tas di India Tewaskan 40 Orang
Demonstran membakar ban, menggelar aksi duduk di jalan raya dan rel kereta api, serta membakar kereta api dan bus. Sementara polisi anti huru hara berusaha untuk membubarkan pengunjuk rasa. Sedangkan layanan kereta api dihentikan di beberapa wilayah di bagian timur.
Di ibukota India, New Delhi, video yang tersebar di media sosial menunjukkan sebuah bus terbakar dan polisi menembakkan gas air mata ke arah para pengunjuk rasa.
Perdana Menteri Narendra Modi menyalahkan partai oposisi atas kekerasan yang terjadi ini.
“Untuk menghormati orang-orang yang melarikan diri ke India dan dipaksa hidup sebagai pengungsi, kedua majelis parlemen mengesahkan RUU Amendemen Kewarganegaraan,” katanya pada Ahad di sebuah rapat umum di negara bagian Jharkhand timur.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Amit Shah pada Ahad menyerukan agar masyarakat tetap tenang, dan mengatakan budaya lokal di negara-negara timur laut tidak terancam.
Baca juga: Polisi India Tembak Mati 4 Pelaku Pemerkosaan Saat Rekonstruksi
“Budaya, bahasa, identitas sosial, dan hak politik saudara-saudari kita dari timur laut akan tetap utuh,” Shah menambahkan di Jharkhand.
Kelompok hak asasi dan partai politik Muslim menentang undang-undang di Mahkamah Agung, dengan alasan bahwa itu bertentangan dengan konstitusi dan tradisi sekuler India.
Kelompok-kelompok Islam, oposisi, aktivis hak asasi dan lainnya di India, memandang undang-undang baru ini sebagai bagian dari agenda nasionalis Hindu Modi untuk memarginalkan 200 juta Muslim di India. Meski sangkaan itu dibantah Modi.
Baca juga: MA India: Kondisi Udara Sangat Buruk Jadikan New Delhi seperti ‘Neraka’