TIKTAK.ID – Legenda badminton Indonesia, Taufik Hidayat mengatakan lebih baik tak mengirim pemain yang tidak siap ke sebuah turnamen, walaupun harus membayar denda. Dia menilai setiap pemain yang berangkat ke sebuah turnamen BWF harus disertai kewajiban sudah benar-benar dalam kondisi siap. Dia menganggap hal itu demi kebaikan atlet, karena ada risiko besar di tiap keberangkatan, termasuk siap menghadapi kritikan.
Akan tetapi berdasarkan aturan BWF saat ini, para pemain elite yaitu 15 pemain teratas di nomor tunggal dan 10 pemain teratas di nomor ganda alias pemain yang masuk kategori Top Committed Player, memiliki sejumlah kewajiban untuk mengikuti turnamen, yakni 4 turnamen Super 1000, 6 turnamen Super 750, dan 2 dari 9 turnamen Super 500.
Jika seorang atlet yang masuk top committed players tak dapat memenuhi kewajiban mengikuti turnamen wajib, maka ada denda sebesar US$5.000 yang harus dibayar. Namun denda tersebut tidak berlaku kalau atlet tak bisa ikut turnamen akibat cedera.
“Kalau dia membuang US$5.000 [denda tak ikut turnamen wajib] untuk pertandingan lain yang bisa didapat US$20 ribu? Ketimbang atlet menjadi bully-an orang karena atletnya tidak siap tetapi ikut turnamen karena [menghindari] denda US$5.000?” ungkap Taufik, seperti dilansir CNNIndonesia.com.
Taufik menyatakan denda dari BWF memang sudah merupakan suatu kewajiban, karena tertuang di aturan. Namun dari sudut pemain dan PBSI, kata Taufik, harus pintar-pintar mengatur ritme pemain dalam keikutsertaan dalam sebuah turnamen.
Taufik menjelaskan bahwa salah satu yang lazim terjadi adalah pemain papan atas memilih absen di turnamen untuk level Super 500 ke bawah, saat hanya diwajibkan mengikuti dua turnamen dari sembilan yang diselenggarakan. Akan tetapi dia menyebut ketika pemain tidak siap tampil di turnamen level atas, maka mereka juga tidak perlu dikirim hanya demi menghindari denda.
“Tidak usah dipikirin masalah denda US$5 ribu, karena itu sudah suatu kewajiban dari keputusan BWF. Jangan berat, ‘Oh saya harus ikut, jika tidak harus bayar US$5.000’. Ada duit kok, bayar saja,” tutur Taufik.
“Ngapain mikir US$5.000. Tiket hotel berapa? Tiket pesawat berapa? [Bila tetap berangkat]. Anggap saja uang itu hilang. Jangan jadi satu alasan memaksa ikut pertandingan karena tidak mau didenda,” imbuhnya.