
TIKTAK.ID – Kelompok bersenjata di Ethiopia barat dilaporkan membunuh sedikitnya 34 orang dalam serangan terhadap sebuah bus pada Sabtu malam kemarin.
Badan HAM Nasional menyampaikan hal itu pada Minggu (15/11/20), ketika kekhawatiran muncul akibat kekosongan keamanan di negara yang tengah dilanda kampanye militer.
Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia mengatakan jumlah orang yang tewas kemungkinan akan bertambah setelah apa yang disebutnya sebagai serangan “mengerikan” terhadap bus penumpang di wilayah Benishangul-Gumuz.
“Serangan terbaru merupakan tambahan yang suram dari korban jiwa yang kami tanggung secara kolektif,” kata Kepala Komisi, Daniel Bekele dalam sebuah pernyataannya.
Sementara pada hari yang sama, pasukan pemberontak dari wilayah Tigray Ethiopia menembakkan roket ke bandara di Ibu Kota Eritrea, Asmara, kata pemimpin mereka pada Minggu, yang membenarkan laporan sebelumnya tentang eskalasi besar dalam konflik selama 12 hari di Ethiopia.
“Pertempuran masih berlanjut di beberapa wilayah di Ethiopia,” kata Pemimpin Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), Debretsion Gebremichael kepada Reuters melalui sebuah pesan teks.
Lima diplomat regional mengatakan kepada Reuters tak lama setelah serangan itu bahwa setidaknya tiga roket ditembakkan ke Ibu Kota Eritrea dari Ethiopia pada Sabtu malam. Setidaknya dua roket menghantam bandara Asmara, kata tiga diplomat.
Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed melancarkan serangan militer di wilayah utara Tigray yang bergolak sejak 4 November lalu, setelah menuduh kelompok TPLF menyerang pasukan federal yang bermarkas di wilayah utara, yang berbatasan dengan Eritrea dan Sudan.
Sementara pemerintahnya mengatakan bahwa militer Ethiopia telah melakukan serangan udara berusaha menghancurkan peralatan termasuk depot senjata yang dikendalikan oleh pemberontak.
Debretsion berkomunikasi melalui pesan teks dengan Reuters, juga mengatakan bahwa pasukannya telah memerangi “16 divisi” tentara Eritrea “di beberapa front” selama beberapa hari terakhir. Dia tidak memberikan rincian berapa banyak tentara yang dikerahkan Eritrea. Eritrea memiliki pasukan tetap yang luas yang ditempatkan oleh CIA Amerika Serikat sekitar 200.000 personel.
Dia mengatakan pasukan Eritrea telah menyeberang ke Ethiopia di Badme, Rama dan Zalambessa, tiga kota perbatasan di wilayah utara yang bergolak.
“Negara kami berperang dengan negara asing, Eritrea. Pengkhianat!” katanya kepada Reuters melalui pesan teks.
Debretsion pada Selasa kemarin mengatakan bahwa Eritrea telah mengirim pasukan ke perbatasan untuk mendukung Pemerintah Abiy, tetapi dia tidak memberikan bukti.
Menteri Luar Negeri Eritrea, Osman Saleh Mohammed membantah klaim itu, mengatakan kepada Reuters, “Kami bukan bagian dari konflik.”
Konflik di Ethiopia meletus setelah kelompok TPLF dengan senjata lengkap menyerang barak militer Ethiopia di Makele dan membuat Abiy murka. “Garis merah telah dilampaui,” katanya.
Sementara posisi kelompok TPLF berada di kawasan perbatasan dengan Eritrea. Padahal, baru dua tahun lalu Ethiopia dan Eritrea berdamai setelah perang panjang yang melelahkan di sepanjang perbatasan kedua negara.
Akibat pertempuran baru itu Badan Pengungsi PBB mengatakan pada hari Jumat bahwa pertempuran di Ethiopia sejauh ini telah menyebabkan lebih dari 14.500 orang melarikan diri ke Sudan.