TIKTAK.ID – Puluhan aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM Jakarta Bersuara memberikan sejumlah pandangan terkait kondisi DKI Jakarta di tengah pandemi virus Corona atau Covid-19. Mereka menilai sejumlah kebijakan Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan kurang tepat, bahkan cenderung bernuansa politis ketimbang solutif.
Aliansi BEM Jakarta menyoroti soal permintaan karantina wilayah atau lockdown lokal sebagai langkah terburu-buru tanpa melihat dampak ikutannya. Aliansi itu juga mengkritik upaya pencegahan yang dinilai kurang maksimal.
Baca juga: Anies Minta Menkeu Cairkan Dana Piutang DKI, Gerindra Ngegas: Pencitraan, Kan Ada Duit Formula E
Salah satu anggota aliansi yang juga Presiden Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) periode 2018-2019, Dheden Pratama, mengatakan masalah lain yang mereka soroti yakni kelangkaan Alat Pelindung Diri (APD) termasuk masker sebagai kebutuhan utama pencegahan penyebaran virus Corona.
“Urgensi saat ini bagaimana kita sama-sama bersatu memerangi dan memutus mata rantai Covid-19, antara Pemerintah dan masyarakat,” ujar Dheden saat menggelar konferensi pers bertajuk “Lockdown Solusi atau Politisasi” di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, seperti dilansir Tribunnews.com, (4/4/20).
Baca juga: Anies Baswedan Janji Beri Bantuan 1 Juta Rupiah per Keluarga, Ini Rinciannya
Dheden menyayangkan di tengah urgensi seperti ini, banyak oknum-oknum di tengah pemerintahan maupun sipil, yang memanfaatkan kekayaan diri untuk menperkaya diri dengan menimbun masker. Ia bersama anggota aliansi sudah datang ke Pasar Pramuka dan mendapati sejumlah alat kesehatan dijual dengan harga berkali-kali lipat dari harga normal.
“Di Pasar Pramuka milik (Perumda) Pasar Jaya, APD yang tadinya dijual Rp80 ribu menjadi Rp450 ribu, dan termometer yang tadinya Rp150 ribu kini dijual Rp1,5 juta,” ungkap Dheden.
Halaman selanjutnya…