TIKTAK.ID – Siapa sangka, Inggris yang merupakan negara besar dan maju ternyata menyimpan sisi kelam perbudakan. Data resmi pada Kamis (2/4/20) mencatat lonjakan kasus perbudakan pada 2019, yaitu dengan 10 ribu orang meminta bantuan Pemerintah. Ini menjadi rekor baru bagi Inggris dengan kenaikan sekitar 52 persen dalam setahun, seperti yang dilaporkan CNBC News, Jumat (3/4/20).
Data itu dirujuk dari National Referral Mechanism (NRM) Pemerintah Inggris. Yaitu kerangka kerja untuk mengidentifikasi korban perdagangan manusia dan memastikan mereka menerima perlindungan dan dukungan yang sesuai.
NRM mencatat sekitar 10.627 orang diduga mengalami perbudakan di Inggris selama 2019. Kondisi ini membuat khawatir kelompok-kelompok anti perbudakan akan bertambah buruknya pelecehan dan menyerukan tindakan untuk membantu mereka yang berisiko dieksploitasi dan diperdagangkan di tengah wabah virus Corona ini.
Baca juga: Aljazair Tangkap Jurnalis Senior Dicap Anti Pemerintah
“Kita perlu memikirkan bagaimana sistem bekerja bagi orang-orang yang dibentuk untuk mengidentifikasi dan membantu mereka,” kata manajer kelompok hak asasi manusia program Anti-Slavery International di Inggris, Kate Roberts.
“Mengapa begitu banyak orang yang dieksploitasi di Inggris tidak dapat mengakses bantuan sebelum eksploitasi mereka mencapai titik perdagangan dan perbudakan modern?” tanyanya retoris.
Para korban yang diterima di NRM mendapatkan dukungan, termasuk perumahan, perawatan kesehatan dan uang saku minimum. Sementara itu, para pejabat memutuskan apakah mereka benar-benar mantan budak yang memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan tambahan.
Halaman selanjutnya…