TIKTAK.ID – Perdana Menteri Lesotho, Thomas Thabane menghadapi dakwaan pembunuhan atas kematian istrinya, Lipolelo Thabane. Pembunuhan itu dilakukan dua hari sebelum pelantikannya pada 2017 lalu, seperti yang dilaporkan The Guardian, Kamis (20/2/20).
Lipolelo dilaporkan menolak diceraikan dan di pengadilan memenangkan hak istimewa sebagai Ibu Negara sampai resmi bercerai. Hingga akhirnya dia ditemukan tewas dengan beberapa luka tembak dari jarak dekat dalam sebuah mobil di dekat rumahnya.
Dua bulan setelah istrinya meninggal, Thomas menikah lagi dengan Maesaiah. Istri keduanya ini diduga berkomplot untuk membunuh Lipolelo. Namun Maesaiah membantah dan menyatakan tak ada di lokasi ketika peristiwa pembunuhan itu terjadi.
Baca juga: Kampanye Global Organisasi Buruh Internasional: Tutup Kesenjangan Agar Tercipta Keadilan Sosial
Wakil Komisaris Polisi, Paseka Mokete mengatakan Thomas tak hanya menghadapi tuduhan pembunuhan atas istrinya tapi juga tuduhan percobaan pembunuhan terhadap orang lain. Sebab ketika istrinya terbunuh dia tak sendiri, ada orang lain bersamanya. Nah, orang ini selamat dan hanya mengalami luka tembak. Sejak saat itu korban selamat ini melarikan diri ke negara tetangga demi keselamatannya.
Negara kecil di Afrika Selatan ini telah mengalami krisis politik selama berbulan-bulan. Partai yang berkuasa saat ini, All Basotho Convention mendesak Thomas untuk segera mengundurkan diri dengan adanya kasus yang menimpanya itu.
Thomas pun mengatakan dalam sebuah pernyataannya pada Kamis ini bahwa dirinya akan mengundurkan diri pada akhir Juli. Bukan karena kasus yang menjerat dirinya melainkan dengan alasan pensiun dini.
Baca juga: Pasca Brexit, Inggris akan Hapus Buruh Murah
“Saya telah melayani negara ini dengan baik. Saya telah bekerja membuat Lesotho damai dan stabil. Hari ini, di usia saya saat ini, saya telah kehilangan sebagian besar energi saya. Dengan ini saya pensiun sebagai Perdana Menteri sejak akhir Juli,” ucap Thomas melalui siaran radio Pemerintah.
Lesotho merupakan negara yang paling tak berkembang di Afrika Selatan. Dari survei yang baru-baru ini dilakukan oleh Bank Dunia didapatkan sejumlah peningkatan selama 15 tahun, namun hampir setengah dari 3 juta penduduknya hidup dalam kemiskinan.
Badan-badan amal mengatakan lebih dari 500 ribu orang menghadapi kekurangan makanan akibat kekeringan berkepanjangan yang akan mereka hadapi beberapa bulan mendatang.
Beberapa tahun terakhir Lesotho berusaha menghasilkan pendapatan dari penanaman mariyuana untuk medis dan dari sektor pariwisata.