TIKTAK.ID – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku memiliki kesan tersendiri ketika masa kampanye Pemilu Presiden dan Wakil Presiden April 2018 lalu. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan kerap merasa resah lantaran masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden kala itu terus memberikan janji-janji yang sensitif terhadap kondisi keuangan negara.
“But that’s the beauty of election, nanti pihak mana menjanjikan apa, gratis apa. Yang lain juga enggak mau kalah, menggratiskan yang lainnya. Saya jadi sering sakit perut,” ujar Sri Mulyani di acara Aspiring Indonesia -Expanding the Middle Class, Kamis (30/1/20), dilansir Tribunnews.com.
Kekhawatiran Sri Mulyani itu pun terwujud usai Pemilu. Dia mengungkapkan banyak tagihan yang harus dia anggarkan dalam APBN akibat janji-janji kampanye Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Baca juga: Di 100 hari Jokowi-Ma’ruf Amin, Bank Dunia: 45% Penduduk Indonesia Keluar dari Garis Kemiskinan
“Ini iya saya curcol, waktu selesai election, bill-nya datenglah itu drrrrttt banyak banget, dan itu harus reflecting dalam APBN,” kata Sri Mulyani.
Salah satu janji kampanye Jokowi yang paling membuat Sri Mulyani merasa was-was adalah Kartu Pra Kerja. Pasalnya, Jokowi berjanji untuk memberikannya kepada kepada 2 juta penduduk dengan alokasi anggaran Rp10 triliun.
Padahal, Sri Mulyani mengklaim tak memiliki perhitungan untuk mengalokasikan program tersebut ke dalam anggaran. Ia menjelaskan, Kartu Pra Kerja ini merupakan ide baru dan ia sendiri belum sempat terpikir bagaimana merealisasikannya.
Halaman selanjutnya…