Pengamat Sebut RI Bisa Percepat Perjanjian Banyak Bidang Kerja Sama Bilateral Jika Resmi Gabung BRICS
TIKTAK.ID – Indonesia dinilai mampu meminta beberapa negara kunci dalam blok ekonomi sejumlah negara berkembang bernama BRICS (Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan), seperti Rusia dan China. Hal itu untuk mempercepat berbagai butir perjanjian bilateral yang selama ini belum optimal jika bergabung dengan BRICS.
Sebab, menurut Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, Indonesia nantinya bakal kerap berkonsultasi di tingkat bilateral dan kolektif dengan para negara BRICS, guna membahas berbagai perjanjian bilateral yang belum optimal.
“Contohnya kerja sama kedirgantaraan dan ruang angkasa, termasuk pembangunan fasilitas nuklir untuk tujuan energi, serta energi terbarukan,” ujar Rezasyah di Jakarta, pada Sabtu, seperti dilansir Antaranews.com.
Baca juga : Tiru Jejak SBY, Prabowo Juga Percayakan Seskab dari Latar Belakang Militer
Meski saat ini keanggotaan Indonesia dalam BRICS masih berproses, Rezasyah mengatakan tampak beberapa manfaat yang akan diterima setelah menjadi anggota BRICS. Di antaranya memungkinkan Indonesia berkonsultasi di tingkat bilateral dan kolektif perihal semua prosedur keanggotaan, termasuk menyelami suasana kebatinan seluruh pemimpin BRICS, birokrasi dalam BRICS, serta semua dokumen yang sudah lama dihasilkan.
Tak hanya itu, Rezasyah menyatakan dengan bergabungnya Indonesia sebagai anggota BRICS, terlihat komitmen keanggotaan Indonesia yang lebih tegas ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Dia pun menilai hal itu bakal meningkatkan reputasi Indonesia di kalangan negara-negara berkembang.
“Indonesia berkomitmen tinggi dalam mengabdikan pencapaian dirinya dalam BRICS bagi kemaslahatan negara-negara yang sedang berkembang,” jelas Rezasyah.
Baca juga : Prabowo: Saya Bersyukur dan Beruntung Ada 6 Lulusan Terbaik Adhi Makayasa di Kabinet
Kemudian Rezasyah berpendapat keanggotaan dalam BRICS memungkinkan Indonesia memperoleh dukungan moral dari para anggota BRICS, bila Indonesia ingin mempersatukan para anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) dan Liga Arab guna mempercepat kemerdekaan Palestina.
Rezasyah menjelaskan, walaupun ada banyak manfaat yang bisa diterima Indonesia, namun ada beberapa tantangan yang harus diwaspadai jika menyandang status sebagai anggota BRICS. Dia menyinggung adanya potensi kalangan Barat pimpinan Amerika Serikat, mempertanyakan kemandirian RI dalam menjalankan kebijakan luar negeri bebas aktif.
Rezasyah juga menganggap ada tantangan lainnya, berupa menguatnya kritik kubu Barat dengan ekonomi kapitalistik atas kecenderungan ekonomi Indonesia yang terkesan sosialistis serta potensi kalangan Barat membatasi hak istimewa yang Indonesia nikmati selama ini, seperti alih teknologi dan investasi.