Bantah Pernyataan Hasto Soal Hasil Quick Count Anomali, Kubu Prabowo Singgung ‘Petugas Partai’
TIKTAK.ID – Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran menampik penyataan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP, Hasto Kristiyanto, soal hasil quick count atau hitung cepat dari berbagai lembaga survei merupakan anomali.
“Kemenangan Prabowo-Gibran di kandang Banteng atau basis PDIP itu bukan anomali atau karena adanya dugaan kecurangan, seperti yang disampaikan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto,” ujar Wakil Komandan Golf (Relawan) TKN Prabowo-Gibran, Supriyanto, pada Jumat (16/2/24), seperti dilansir Tempo.co.
Supriyanto menjelaskan bahwa walaupun perolehan suara PDIP memang unggul, namun turun dari 20 persen menjadi 16 persen.
Baca juga : Kubu Prabowo-Gibran Siap Bertemu AMIN dan Ganjar Mahfud Jika Diberi Kesempatan Sowan
“Dan karena Ganjar-Mahfud identik dengan stigma petugas partai, suaranya juga tak jauh berbeda dengan perolehan suara partainya sekitar 16 persen, maksimum 20 persen saja,” ucap Supriyanto.
“Misalnya di TPS (Tempat Pemungutan Suara) kampungnya Hasto di Sleman. PDIP unggul di Pemilu legislatif. Tapi Prabowo-Gibran menang di Pemilu presiden,” imbuh Supriyanto.
Supriyanto menyatakan seharusnya hasil Pemilu 2024 ini dapat menjadi evaluasi dan refleksi kenapa suara PDIP turun dan perolehan Ganjar-Mahfud jadi juru kunci, bukan malah menyalahkan pihak lain.
Baca juga : Ketum PBNU Kembali Aktifkan 63 Fungsionaris Usai Pencoblosan, Termasuk Erick Thohir dan Habib Luthfi
Supriyanto menjelaskan bahwa tergerusnya suara Ganjar-Mahfud di kandang Banteng seperti Yogya juga akibat ada beberapa hal yang tidak disadari oleh elite-elite PDIP. Dia melanjutkan, meski dikatakan kandang Banteng, tetapi kemenangan PDIP di daerah basis seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta tak pernah mutlak alias tidak mencapai lebih 50 persen.
“Jadi Pilpres dan Pilkada sangat tergantung pada figur yang dicalonkan,” tutur Supriyanto.
Menurut Supriyanto, pada Pilpres 2014, perolehan suara Jokowi jauh di atas suara PDIP. Dia menilai hal itu karena ada tambahan dukungan dari PKB, NasDem, serta kekuatan non-partai dari relawan yang menggalang suara massa mengambang dan swing voter. Dia menyatakan begitu pula dengan Pilpres 2019, perolehan suara Jokowi-Maruf Amin jauh di atas suara PDIP.
Baca juga : Quick Count PRC: PKS Unggul di DKI, Kalahkan Gerindra dan PDIP
Supriyanto menganggap hal itu terjadi lantaran tambahan suara partai pendukung koalisi seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sangat signifinikan serta dukungan relawan Jokowi masih solid.
“Pada Pemilu kali ini Capres-Cawapres Ganjar-Mahfud hanya diusung dari partai parlemen PDIP dan PPP, namun back bone (tulang punggung) hanya PDIP karena di daerah basis Jawa-Bali suara PPP tidak signifikan,” imbuhnya.