TIKTAK.ID – Kelompok masyarakat yang mengatasnamakan Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) diketahui telah menolak rencana safari politik dan kunjungan Eks Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan ke Jawa Timur.
Menurut Ketua Umum PNIB, Waluyo Wasis Nugroho alias Gus Wal, pihaknya tidak ingin praktik politik identitas terjadi kembali. Ia pun menuding Anies adalah tokoh yang memenangkan Pilkada DKI 2017 dengan cara tersebut.
“Karena kami tak ingin apa yang sudah dilakukan Anies pada Pilkada DKI 2017 lalu, diduplikasi ke seluruh negeri, kami tidak mau politik identitas menyebar luas ke seluruh antero negeri,” ungkap Gus Wal, seperti dilansir CNNIndonesia.com, pada Rabu (15/3/23).
Baca juga : Perintah Jokowi ke 19 Menteri Soal Pelanggaran HAM Berat
Gus Wal mengatakan bahwa politik identitas yang terjadi saat Pilkada 2017 memecah belah bangsa. Sebab, kata Gus Wal, praktik tersebut dianggap menghalalkan segala cara demi ambisi politik semata.
“Politik identitas itu memakai ayat, untuk pembenaran dan syahwat politik. Kami ingin menyadarkan masyarakat, jangan sampai kedatangan Anies justru menjadi embrio lahirnya politik identitas seperti Pilkada Jakarta lalu yang sangat sadis dan kejam,” tegas Gus Wal.
Tidak hanya itu, PNIB juga menolak Anies karena tahapan kampanye Pilpres 2024 masih belum berjalan. Gus Wal pun menyebut mantan Menteri Pendidikan itu mencuri start.
Baca juga : Dulu Dukung Prabowo-Sandi, Relawan Jawara Kini Dukung Erick Thohir Maju Pilpres 2024
“Karena ini masih belum saatnya masa kampanye. Belum resmi juga Anies daftar ke KPU, dan belum resmi partai koalisi yang mengusung ini mendaftar. Jadi apa yang dilakukan Anies ini mencuri start kampanye,” ucap Gus Wal.
Gus Wal menjelaskan, walaupun sudah memasang sejumlah spanduk berbentuk penolakan, tapi bentuk penolakan itu sudah dilepas oleh para sukarelawan dan simpatisan Anies. Dia pun mengaku menyayangkan tindakan tersebut.
“Terakhir kami pasang pada Sabtu (11/3/23) malam, tapi sekarang beberapa dilepas oleh relawan Anies. Kalau ada yang bilang spanduk itu provokatif, itu salah. Kami ini dalam rangka mengedukasi masyarakat soal bahayanya politik identitas,” terang Gus Wal.
Baca juga : Terbang ke Singapura Temui PM Lee, Jokowi Bahas Apa?
Gus Wal mengeklaim spanduk yang dia pasang adalah bentuk aspirasi warga yang ingin mengingatkan bahayanya politik identitas. Untuk itu, dia menolak pemasangan spanduk tersebut dianggap tindakan provokatif.