TIKTAK.ID – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta diketahui menyoroti pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang hanya menyalahkan cuaca ekstrem sebagai penyebab banjir di Ibu Kota. Pengkampanye Walhi Jakarta, Muhammad Aminullah mengatakan bahwa terdapat faktor lain selain cuaca yang menyebabkan banjir, yaitu tata ruang yang berantakan.
“Pemerintah tidak dapat terus-menerus mengambinghitamkan hujan dan alam. Iklim juga memengaruhi, namun tidak bisa karena krisis iklim terus pemerintah berlindung dengan alasan seperti itu,” ungkap pria yang akrab disapa Anca, seperti dilansir CNNIndonesia.com, pada Selasa (11/10/22).
“Jika drainasenya buruk, area resapan sedikit, daya serap tanah juga buruk, itu kesalahan manusia, dalam hal ini Pemerintah, bukan kesalahan hujan. Jadi jangan salahkan alam,” sambungnya.
Baca juga : Dituding Beli Ijazah dari Luar Negri, Gibran: Beli di Shopee Free Ongkir
Menurut Anca, kemampuan sistem drainase di Jakarta hanya mampu menampung 100mm/hari. Padahal, dia menyatakan debit hujan yang turun lebih dari itu.
“Saat curah hujannya lebih besar, maka air akan meluap,” terang Anca.
Kemudian Anca menyebut daya serap air tanah di Jakarta juga sangat rendah, yaitu hanya 10 persen. Dia menjelaskan, hal itu berarti 90 persen air tidak bisa diserap tanah.
Anca mengklaim rendahnya daya serap tanah itu akibat banyaknya pembangunan fisik dan area resapan air hanya sedikit. Dia menyebut air yang seharusnya diserap tanah, kesulitan karena banyaknya bangunan fisik.
Baca juga : Wanti-wanti Luhut Soal Ancaman untuk RI: Akan Ada Badai Hebat
Terlebih, lanjutnya, Pemprov justru menerbitkan Pergub 118/2020 tentang izin pemanfaatan ruang, yang mempermudah penerbitan IMB. Anca memaparkan, pada 2021 saja, Pemprov Jakarta menerbitkan sekitar 1.000 IMB. Angka tersebut naik sekitar 40 persen dari 2020 yang mencapai 6.798 IMB.
“Padahal Ruang Terbuka Hijau (RTH), masih segitu gitu saja. Bahkan RTH yang sebelumnya dikabarkan 9 atau 11 persen, saat ini hanya 5 persen,” jelas Anca.
Lantas Anca mengkritik pembangunan beton di Sungai Ciliwung. Dia menganggap beton menyebabkan jumlah air yang mengalir tidak terserap banyak.
Baca juga : Soal Rencana PDIP Umumkan Capres pada Juni 2023, Begini Kata Pengamat
“Di sungai (Ciliwung) treatmennya salah, sempadan sungai dibeton itu sangat fatal. Sempadan sungai tak boleh dibeton karena berfungsi sebagai area resapan juga,” tegas Anca.
“Saat debit sungai tinggi karena air hujan dan kiriman, sempadan sungai ini bakal menyerap air. Tapi jika dibeton, airnya justru akan langsung mengalir ke hilir tanpa diserap area sekitar sungai, dan akan lebih cepat mengalirnya,” imbuh Anca.