TIKTAK.ID – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku bersyukur Indonesia masih bisa mengendalikan situasi sulit di tengah sejumlah negara yang tengah mengalami kesulitan pangan, energi, bahkan ekonomi akibat pandemi dan perang di Ukraina. Jokowi menyampaikan hal itu dalam kegiatan Zikir Kebangsaan di halaman Istana Merdeka, pada Senin (1/8/22).
“Kini hampir semua negara mengalami kesulitan pangan, energi, bahkan ekonomi akibat pandemi dan perang di Ukraina. Kita bersyukur karena masih dapat mengendalikan situasi sulit ini,” ungkap Jokowi, seperti dilansir Wartaekonomi.co.id.
Jokowi mengatakan bahwa ancaman kelaparan terus mengancam beberapa negara di dunia akibat dari peperangan yang terjadi di Rusia dan Ukraina. Pria asal Solo ini menjelaskan, perang mengakibatkan terjadi kelangkaan gandum di semua negara, lantaran pasokan dari dua negara itu tersendat. Hal itu pun membuat ratusan juta manusia terancam kelaparan.
Baca juga : Disebut Jadi Magnet Politik, Begini Utak-atik Peluang Anies di Pilpres 2024
“Inilah yang sekarang menyebabkan sebanyak 333 juta orang kelaparan dan mungkin 6 bulan lagi bisa 800 juta orang akan kelaparan serta kekurangan makan akut karena tidak ada yang dimakan,” tutur Jokowi.
Kemudian Jokowi mengajak semua pihak berdoa supaya Indonesia selalu dilimpahi energi dan pangan di tengah krisis yang bertubi-tubi melanda dunia, serta Indonesia mampu membantu negara lain yang sedang kesusahan.
Jokowi menyatakan walaupun sejumlah negara terancam mengalami kelaparan akut, tapi beras di Indonesia masih bisa diperoleh dengan harga yang terjangkau. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menilai kemudahan ini berkat kerja keras seluruh elemen masyarakat.
Baca juga : Kala Jokowi Curhat di Depan Ulama Soal Besaran Subsidi BBM: Negara Mana Pun Nggak Akan Kuat
Lebih lanjut, Jokowi menyinggung soal krisis multidimensi yang menyebabkan harga gas dan bensin naik berkali lipat. Dia mengakui kesusahan ini turut dialami hampir semua negara.
“Inilah kesulitan-kesulitan yang dialami oleh hampir semua negara. Tidak negara kecil, tidak negara besar tidak negara kaya, tidak negara miskin, semua mengalami hal yang sama,” ucap Jokowi.
“Sehingga muncul krisis yang ketiga, yakni krisis keuangan. Beberapa negara yang tidak kuat ambruk karena sudah tidak punya uang tunai, baik untuk membeli energi bensin, gas, atau membeli pangan,” imbuhnya.