TIKTAK.ID – Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada Selasa (31/5/22) mengatakan bahwa Pentagon proaktif merencanakan kerja sama antara Garda Nasional AS dan pasukan pertahanan Taiwan, tanpa merinci keterangan tersebut.
Menyambut delegasi yang dipimpin oleh Senator AS Tammy Duckworth, Tsai mengatakan Taipei menantikan kerja sama Taiwan-AS yang lebih dekat dan lebih dalam mengenai masalah keamanan regional. Dia menambahkan bahwa Duckworth adalah salah satu sponsor utama Undang-Undang Kemitraan Taiwan yang menerima dukungan bipartisan di Kongres AS.
“Departemen Pertahanan AS sekarang secara proaktif merencanakan kerja sama antara Garda Nasional AS dan pasukan pertahanan Taiwan,” kata Presiden Taiwan, seperti yang dilansir Russia Today.
Duckworth, pada gilirannya, mengklaim bahwa dia memiliki “barisan orang” dari Komite Angkatan Bersenjata Senat yang bersedia menandatangani RUU terbarunya, Undang-Undang Perkuat Keamanan Taiwan.
“Jadi, sementara saya ingin menekankan dukungan kami untuk keamanan Taiwan, saya ingin mengatakan bahwa ini lebih dari sekadar militer –ini juga tentang ekonomi,” kata sang senator.
Pernyataan Tsai dan Duckworth disampaikan sehari setelah pihak berwenang Taiwan melaporkan serangan terbesar kedua China ke zona pertahanan udara pulau itu tahun ini.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengklaim bahwa 30 jet China memasuki daerah itu pada Senin, termasuk lebih dari 20 pesawat tempur. Sementara Beijing belum mengomentari insiden terbaru tersebut. Sebelumnya, Pemerintah China menggambarkan episode serupa sebagai latihan yang bertujuan melindungi kedaulatan negara.
China secara konsisten memperingatkan AS terhadap kerja sama militer dengan Taiwan, yang dianggap Beijing sebagai bagian dari wilayahnya. Pada 27 Mei lalu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menuduh AS munafik, dan merupakan “ancaman berat bagi perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan”.
“AS mengatakan bahwa mereka tidak mendukung ‘kemerdekaan Taiwan’, tetapi tidak mempraktikkan apa yang dikatakannya,” kata Wang.
Pekan lalu, Presiden AS Joe Biden menyarankan agar Washington mengirim militernya untuk mempertahankan pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu jika China menyerangnya. Namun, kemudian Biden dan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengklarifikasi pernyataan itu, bersikeras bahwa sikap Washington tidak berubah, yang antara lain, termasuk menghormati apa yang disebut prinsip “Satu-China”.
Taiwan adalah wilayah pemerintahan sendiri yang telah secara de facto diperintah oleh pemerintahnya sendiri sejak 1949, ketika pihak yang kalah dalam perang saudara China melarikan diri ke pulau itu dan mendirikan pemerintahannya sendiri di sana. Sedangkan Beijing menganggap pihak berwenang Taiwan sebagai separatis, bersikeras bahwa pulau itu adalah bagian tak terpisahkan dari China.
Dalam beberapa tahun terakhir, pejabat tinggi China, termasuk Presiden Xi Jinping, secara terbuka mengatakan bahwa Beijing tidak akan mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk memastikan “penyatuan kembali” Taiwan dengan daratan.
Pihak berwenang di Taipei juga telah memperingatkan bahwa mereka akan mempertahankan pulau itu dengan gigih jika terjadi invasi oleh China.