TIKTAK.ID – Pangeran Arab Saudi, Alwaleed bin Talal Al Saud, miliarder yang merupakan pemegang saham terbesar di Twitter, diketahui telah menolak tawaran tunai senilai US$41 miliar dari Elon Musk untuk perusahaan tersebut. Musk pun mempertanyakan komitmen Arab Saudi dalam kebebasan berbicara.
“Saya tidak percaya kalau tawaran yang diajukan oleh @elonmusk (US$54,20) mendekati nilai intrinsik @Twitter mengingat prospek pertumbuhannya,” cuit @Alwaleed_Talal pada Kamis (14/4/22), seperti dilansir CNNIndonesia.com dari New York Post.
“Menjadi salah satu pemegang saham Twitter terbesar dan jangka panjang, @Kingdom_KHC & saya telah menolak tawaran ini,” imbuh Alwaleed.
Setelah itu, Musk menanggapi cuitan Alwaleed dengan menyinggung kebebasan berbicara dan catatan hak asasi manusia di Arab Saudi.
“Menarik, hanya ada dua pertanyaan, jika saya boleh [menanyakan],” kata Musk membalas cuitan Alwaleed.
“Berapa banyak Twitter yang dimiliki oleh Kerajaan, secara langsung dan tidak langsung? Apa pandangan Kerajaan soal kebebasan berbicara jurnalistik?” tanya Musk.
Sekadar informasi, Arab Saudi dikabarkan sering mengawasi dan menangkap wartawan. Menurut laporan Reporters Without Borders, Arab Saudi adalah salah satu negara terburuk di dunia untuk kebebasan pers.
Salah satunya yakni kasus pembunuhan brutal terhadap jurnalis Washington Post, Jamal Khashoggi, yang disetujui oleh Putra Mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Salman, menurut intelijen AS.
Alwaleed sendiri merupakan pemimpin Kingdom Holding Company (KHC), konglomerat yang berbasis di Riyadh yang pertama kali membeli saham Twitter pada 2011 sebelum penawaran umum perdana perusahaan pada 2013. KHC juga memegang saham besar di berbagai bisnis, seperti jaringan hotel Four Seasons, Uber, Lyft, dan Citigroup.
Adapun saham Twitter diperdagangkan naik pada awal hari di Wall Street, namun sejak itu pula kehilangan keuntungan awal. Saham pun ditutup turun 1,7 persen pada US$45,08.
Anggota Dewan Twitter juga sudah mengadakan pertemuan pada Kamis pagi untuk membahas tawaran Musk.
Namun terlepas dari pukulan keras Musk di Arab Saudi pada Kamis, CEO Tesla tersebut tampaknya tidak lebih dari mengambil uang dari Kerajaan. Sebab, pada Agustus 2018 -beberapa bulan sebelum pembunuhan Khashoggi- Musk mengaku “mendapatkan dana” untuk mengambil Tesla dari dana kekayaan negara Saudi dengan harga US$420 per saham dalam kesepakatan yang tidak membuahkan hasil.