TIKTAK.ID – Sebuah konfederasi amal, Oxfam mengatakan bahwa sementara kekayaan 10 orang terkaya di dunia meningkat dua kali lipat selama pandemi, orang-orang miskin di seluruh dunia terus menderita karena kelangkaan vaksin dan kurangnya perawatan medis.
Oxfam merupakan organisasi nirlaba dari Inggris yang berfokus pada penanggulangan bencana dan advokasi. Organisasi ini didirikan pada 1942 di Oxford yang terdiri dari 15 organisasi dari 98 negara di dunia.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Senin (17/1/22), Oxfam mengklaim bahwa pajak tak terduga 99 persen atas keuntungan pandemi dari 10 orang terkaya di dunia akan cukup untuk mengumpulkan uang untuk membayar vaksin bagi semua orang di planet ini, seperti yang dilansir RTnews.
“Pajak rejeki nomplok 99 persen satu kali atas perolehan kekayaan Covid-19 dari 10 orang terkaya saja akan menghasilkan $812 miliar,” kata laporan itu, mencatat 10 orang ini memiliki uang enam kali lebih banyak daripada 3,1 miliar orang termiskin di dunia.
Laporan berjudul “Ketidaksetaraan membunuh”, mengklaim bahwa orang kaya telah diuntungkan dari pilihan kebijakan struktural dan sistemik yang cenderung menguntungkan mereka. Sementara itu, masyarakat miskin secara langsung dirugikan oleh keputusan tersebut.
“Jutaan orang masih akan hidup hari ini jika mereka memiliki vaksin –tetapi mereka mati, tanpa diberi kesempatan, sementara perusahaan farmasi besar terus memegang kendali monopoli atas teknologi ini,” kata Oxfam.
Badan amal tersebut mengklaim bahwa para miliarder mengalami perkembangan pesat akibat pandemi dan bahwa langkah-langkah stimulus fiskal dan moneter telah berkontribusi pada kekayaan mereka ketika pasar saham berkembang pesat.
“Vaksin dimaksudkan untuk mengakhiri pandemi ini, namun pemerintah kaya mengizinkan miliarder farmasi untuk monopoli dan memotong pasokan vaksin ke miliaran orang. Akibatnya, setiap jenis ketimpangan bisa dibayangkan berisiko meningkat. Prediktabilitas itu memuakkan. Konsekuensinya membunuh,” kata Direktur Eksekutif Internasional Oxfam, Gabriela Bucher dalam laporannya.
Oxfam menambahkan bahwa proporsi mereka yang meninggal akibat Covid-19 di negara-negara berkembang kira-kira dua kali lipat daripada di negara-negara kaya.
Laporan tersebut dirilis menjelang pertemuan Forum Ekonomi Dunia virtual pada minggu ini, yang biasanya diadakan di Davos, di mana para pemimpin akan membahas tentang tantangan global.