TIKTAK.ID – Sedikitnya enam orang tewas dalam serangan bom bunuh diri di sebuah restoran yang ramai di kota timur Beni, Republik Demokratik Kongo, kata para pejabat setempat.
Polisi mengatakan telah mencegah pengebom untuk memasuki gedung, sehingga pelaku meledakkan dirinya di pintu masuk membunuh dirinya sendiri dan lima orang lainnya. Sehingga 13 orang lainnya terluka.
Para pejabat menuding Pasukan Sekutu Demokrat (ADF), sebuah kelompok militan yang dikatakan terkait dengan apa yang disebut Negara Islam (IS) sebagai pelaku serangan pada Hari Natal, Sabtu (25/12/21) itu.
Sejauh ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Ketika serangan bom itu terjadi, lebih dari 30 orang yang sedang merayakan Natal di restoran In Box, kata dua saksi mata kepada kantor berita AFP.
Anak-anak dan pejabat setempat dilaporkan berada di restoran pada saat itu.
“Saya sedang duduk di sana,” kata presenter radio lokal Nicolas Ekila kepada AFP. “Ada sepeda motor yang diparkir di sana. Tiba-tiba sepeda motor itu lepas landas, lalu ada suara yang memekakkan telinga.”
Setelah ledakan, perwira militer yang bertanggung jawab atas keadaan darurat di timur negara itu mengatakan kepada warga untuk kembali ke rumah masing-masing demi keselamatan mereka sendiri.
Dalam beberapa pekan terakhir dilaporkan sering terjadi bentrokan antara tentara dengan kelompok militan di Beni.
Pada November lalu, pasukan Kongo dan Uganda memulai operasi gabungan melawan ADF dalam upaya untuk mengakhiri serangkaian serangan brutal mereka terhadap warga sipil.
Pihak berwenang di Uganda mengatakan kelompok itu bertanggung jawab atas serangkaian serangan baru-baru ini di negara itu, termasuk di Ibu Kota Kampala.
Kelompok militan itu dibentuk pada 1990-an oleh orang Uganda yang tidak puas dengan perlakuan Pemerintah terhadap Muslim, tetapi kelompok itu dialihkan dari Uganda barat dan sisa-sisanya melarikan diri melintasi perbatasan ke DR Kongo.
Saat ini mereka menetap di timur DR Kongo dan bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan warga sipil selama dekade terakhir, termasuk dalam serangan terhadap warga beragama Kristen di negara itu.