TIKTAK.ID – Pria yang diduga membunuh lima orang dengan busur dan anak panah di Norwegia telah diserahkan kepada ahli medis yang akan menilai kesehatan mentalnya.
Pengadilan akan memutuskan pada Jumat (15/10/21) berapa lama Espen Andersen Brathen, seorang warga negara Denmark berusia 37 tahun itu akan mendekam di tahanan.
Penyelidik mengatakan dia telah mengakui melancarkan serangan mematikan Rabu kemarin (13/10/21) di Kongsberg, sebuah kota 68km barat Ibu Kota Oslo.
Dilansir BBC, serangan tersebut menewaskan empat wanita dan seorang pria.
Para korban, yang sepertinya ditargetkan secara acak, berusia antara 50 dan 70 tahun. Seorang yang terluka di antaranya adalah polisi yang sedang tidak bertugas. Pihak berwenang mengatakan bahwa serangan itu tampaknya merupakan tindakan teror.
Seorang pengacara polisi mengatakan kepada penyiar publik NRK bahwa Brathen akan diperiksa oleh psikiater. Kepala Dinas Keamanan PST, Hans Sverre Sjovold mengatakan tersangka telah “keluar-masuk sistem kesehatan selama beberapa waktu”.
Penuntut telah meminta Brathen ditahan selama empat minggu, dua minggu pertama dalam isolasi. Jika psikiater menentukan bahwa dia sakit mental, dia bisa dikurung di perawatan psikiatri daripada menghadapi kemungkinan hukuman penjara.
Serangan itu pertama kali dilaporkan pada Rabu, pukul 18:13 waktu setempat. Enam menit kemudian saat polisi datang, pria itu sempat menembakkan beberapa anak panah ke arah polisi sebelum kemudian melarikan diri. Namun, 30 menit kemudian, dia berhasil diringkus. Pembunuhan terjadi selama sekitar setengah jam tersebut.
Brathen sebelumnya memiliki catatan perintah penahanan karena mengancam akan membunuh seorang kerabatnya. Polisi telah berbicara dengannya tentang radikalisasi terhadap dirinya. Dia telah memposting video yang mengeluarkan “peringatan” dan menyatakan imannya.
Warga sangat terguncang oleh kekerasan yang dibuatnya, yang terjadi di beberapa lokasi termasuk supermarket.
Pada Kamis kemarin, Pemerintah mengibarkan bendera setengah tiang, sementara bunga dan tanda belasungkawa lainnya ditempatkan di alun-alun utama Kongsberg.
Sebelum berhasil ditangkap, polisi sempat melepaskan tembakan peringatan, tetapi tidak jelas apakah petugas bersenjata ketika mereka pertama kali berhadapan dengan tersangka. Sebab, polisi Norwegia biasanya tidak membawa senjata -senjata disimpan di kantor polisi atau di mobil patroli mereka.
Serangan itu adalah serangan paling mematikan di Norwegia sejak ekstremis sayap kanan Anders Behring Breivik membunuh 77 orang, yang sebagian besar dari korbannya adalah anak remaja, di pulau Utoya pada Juli 2011.