TIKTAK.ID – Belakangan ini beredar di media sosial surat yang ditulis oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan kepada Founder Bloomberg Philanthropies, Michael R. Bloomberg. Anies meneken surat itu pada 4 Juli 2019. Dalam surat itu, Anies mengucapkan selamat kepada Michael atas pengangkatannya kembali sebagai WHO Global Ambassador for Noncommunicable Diseases and Injuries.
Kemudian Anies menyinggung data bahwa Indonesia adalah negara dengan jumlah perokok peringkat ketiga dunia. Anies mengaku berkat Bloomberg Philanthropies, Jakarta sudah bergabung dalam Kemitraan Kota Sehat dengan 54 kota lainnya pada 2017, dan berkomitmen untuk menginisiasi program pencegahan penyakit tidak menular.
Anies menjelaskan, dengan dukungan dari Bloomberg Philanthropies, Vital Strategies and Smoke-Free Jakarta, Jakarta telah 100 persen bebas dari papan reklame di luar ruangan mengenai rokok. Dia menyebut hal itu akan berlanjut dengan menghapus iklan tembakau dalam ruangan.
Baca juga : PAN Undang Anies Baswedan Jadi Pemateri di Bali, Terkait Pilpres?
Setelah itu, Anies menyampaikan komitmennya untuk kembali menjadi mitra. Dengan begitu, kata Anies, Jakarta bisa menjadi kota sehat hingga 2020 dan meningkatkan kepatuhan Kawasan Tanpa Rokok dari persentase saat ini sebesar 32 persen menjadi 90 persen yang ditargetkan.
“Kota ini akan melarang iklan dan pajangan tembakau di dalam serta luar ruangan di tempat penjualan. Saat ini, kami tengah proses finalisasi kerangka aturan dari tujuan di atas,” ungkap Anies.
Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria membenarkan adanya surat tersebut. Akan tetapi, dia menampik surat tersebut merupakan proposal pengajuan dana.
Baca juga : Minta Moeldoko Ngalah dari Demokrat, Partai Priboemi Tawarkan Posisi Ketum DPP
“Ini suratnya memang seperti ini, apa adanya. Tidak ada permintaan dana di sini,” terang Riza di Balai Kota Jakarta, Senin (4/10/21) malam, seperti dilansir CNN Indonesia.
Menurut Riza, melalui surat tersebut, Anies hanya ingin berkomitmen menjadikan Jakarta sebagai kota sehat yang membatasi konsumsi dan penjualan rokok di ruang publik. Dia menilai surat itu menjadi bentuk kegelisahan Anies terkait angka yang menempatkan Indonesia menjadi negara tertinggi ketiga pengonsumsi rokok.
“Kritik biasa, apalagi Jakarta merupakan kota yang sangat dinamis dan demokratis. Indeks demokrasi kita termasuk yang tertinggi, sehingga kami menyambut baik berbagai kritik yang konstruktif. Namun harus fair, terbuka, kalau ada prestasi ya juga diakui dong,” jelasnya.