TIKTAK.ID – Taliban mengumumkan kemenangannya atas provinsi Panjshir di timur laut Ibu Kota Kabul, kantong terakhir wilayah yang berhasil mereka kuasai.
Mereka memposting rekaman video para pejuang Taliban yang mengibarkan bendera mereka di Panjshir pada Senin (6/8/21) secara oline, seperti yang dilaporkan BBC.
Namun pejuang perlawanan mengatakan mereka masih hadir di “semua posisi strategis” dan “terus berjuang”.
Sebelumnya, pemimpin kelompok di Panjshir telah menyerukan “pemberontakan nasional” melawan Taliban.
Dalam rekaman audio yang diposting di media sosial Ahmad Massoud, pemimpin Front Perlawanan Nasional Afghanistan (NRF), menyalahkan komunitas internasional karena melegitimasi Taliban dan memberi mereka kepercayaan militer dan politik.
“Di mana pun Anda berada, di dalam atau di luar, saya meminta Anda untuk memulai pemberontakan nasional demi martabat, kebebasan, dan kemakmuran negara kita,” katanya.
Taliban menguasai seluruh Afghanistan tiga minggu lalu, setelah merebut Ibu Kota Kabul pada 15 Agustus menyusul runtuhnya Pemerintah yang didukung Barat.
Peristiwa itu terjadi hampir 20 tahun setelah pasukan AS memimpin invasi untuk menggulingkan Taliban.
Panjshir, sebuah lembah pegunungan yang terjal, adalah rumah bagi antara 150.000 dan 200.000 orang. Itu adalah pusat perlawanan ketika Afghanistan berada di bawah pendudukan Soviet pada 1980-an dan selama periode Pemerintahan Taliban sebelumnya, antara 1996 dan 2001.
“Taliban belum merebut Panjshir,” Jubir NRF, Ali Maisam sebelumnya mengatakan kepada BBC, mengatakan dia “menolak klaim Taliban”.
Sebuah tweet dari kelompok NRF itu juga mengatakan: “Perjuangan melawan Taliban & mitra mereka akan berlanjut sampai keadilan & kebebasan menang”.
Namun Jubir Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “dengan kemenangan ini, negara kita benar-benar dikeluarkan dari era perang”.
Lembah Panjshir yang menakjubkan adalah salah satu provinsi Afghanistan terkecil, penuh dengan legenda terbesar.
Sejak mengambil alih kekuasaan, Taliban telah berusaha untuk menggambarkan diri mereka menjadi lebih toleran, namun insiden kebrutalan dan penindasan masih dilaporkan di beberapa bagian Afghanistan.
Meskipun kelompok itu telah berjanji untuk menghormati hak-hak perempuan, banyak yang takut mereka akan kembali ke cara lama yang diperlakukan ketika Taliban sebelumnya berkuasa. Wanita dipaksa untuk menutupi wajah mereka di luar, dan menderita hukuman berat untuk pelanggaran kecil.