TIKTAK.ID – Salah satu pesepakbola terkemuka Afghanistan mengungkapkan harapan besar setelah Taliban berkuasa di negaranya.
Belakangan ini, Afghanistan menjadi fokus dunia usai Taliban mengambil alih kekuasaan Pemerintah di negara tersebut. Pesepakbola Afghanistan pun ikut mengkhawatirkan kekuasaan Taliban.
Pesepakbola Afghanistan yang tinggal di Kabul itu memaparkan kondisi di negaranya, termasuk dampak dari kekuasaan yang saat ini dimiliki Taliban.
“Saya pikir kami menuju ke arah yang benar, yaitu menuju perdamaian. Saat ini di kota saya semuanya baik-baik saja di bawah kendali Taliban, yang tidak menghalangi kehidupan normal hingga saat ini,” ujar pesepakbola yang tidak mau disebutkan namanya itu mengingat situasi di Afghanistan, seperti dikutip CNN Indonesia dari Marca.
Ia mengatakan meski secara kehidupan masih normal, tapi ia merasa khawatir soal perkembangan olahraga, terutama sepak bola di Afghanistan.
“Saya berharap Taliban yang berkuasa tidak terlibat dengan Federasi Sepak Bola Afghanistan (AFF). Sebab, hal itu berarti sanksi dari Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) dan kami tidak menginginkan itu,” terangnya.
Untuk diketahui, FIFA memang tidak menginginkan pihak lain ikut campur dalam urusan sepak bola, termasuk Pemerintah. Jika Pemerintah sampai campur tangan, maka FIFA bisa memberikan hukuman kepada federasi sepak bola di negara itu, sehingga berimbas pula pada kehidupan para pesepakbola negara tersebut.
Lebih lanjut, pesepakbola itu juga menyampaikan harapan besar dari kondisi di Afghanistan saat ini. Dia menyatakan sangat ingin hidup di luar negeri yang damai dan tenang.
“Di sini, dalam kondisi yang sederhana ini tidak ada yang dapat menggaransi kami. Saya tidak meminta limusin, tapi saya hanya bertanya, ‘apakah yang bisa Anda lakukan untuk kami?’,” ucapnya.
Dia menyebut 15 hari lalu, istrinya telah melahirkan seorang putri cantik. Oleh sebab itu, dia hanya ingin masa depan putrinya itu dapat berjalan dengan baik dan normal.
“Saya ingin dia tidak harus melihat situasi seperti sekarang, ketika dia besar di negara ini,” tuturnya.
“Saya sendiri sudah kehilangan US$20 ribu [sekitar Rp287,7 juta] selama perang ini, dan saya mencari US$5 ribu untuk bisa bepergian dengan keluarga saya ke Iran,” imbuhnya.