TIKTAK.ID – Indonesia ikut tampil dalam ajang Olimpiade Tokyo 2020. Hal itu pun menjadi penampilan ke-16 sejak pertama tampil pada 1952.
Seperti dilansir CNN Indonesia, berikut ini sejarah perjalanan Indonesia di pesta olahraga sejagat ini.
Usai merdeka pada 1945, Presiden Soekarno menyatakan olahraga harus menjadi ajang eksistensi bangsa Indonesia. Bung Karno juga menjadikan olahraga sebagai “ruang kebangsaan” di mata dunia yang tengah dikuliti perang.
Kemudian pada Januari 1947, Soekarno meresmikan Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI) dengan Sri Sultan Hamengkubuwono sebagai Ketua untuk berdiplomasi. Soekarno menargetkan Indonesia untuk bisa tampil di Olimpiade 1948 di London, Inggris.
Dalam rangka persiapan menuju Olimpiade 1948, maka diadakan Pekan Olahraga Nasional (PON) edisi pertama di Solo pada Januari 1948. Namun saat itu Indonesia diserang Sekutu, sehingga PON diundur ke September 1948, dan Indonesia gagal mengirim kontingen ke Olimpiade.
Ketika Sekutu sudah angkat kaki, tekad tampil di Olimpiade kembali digelorakan. Salah satunya dengan mengubah KORI menjadi Komite Olimpiade Indonesia pada 1950, serta melebur Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) dengan KOI pada 1951.
Setelah itu, diplomasi internasional dilangsungkan. Usai sejumlah korespondensi dan kunjungan dilakukan, KOI pun diakui sebagai anggota International Olympic Committee (IOC) pada 11 Maret 1952.
Lantas Indonesia langsung mengirim kontingen untuk Olimpiade 1952. Indonesia memutuskan mengirim Thio Ging Hwie (angkat besi), Maram Sudarmodjo (lompat tinggi), dan Habib Suharko (renang), beserta tiga pendamping. Akan tetapi, Indonesia tidak meraih medali.
Empat tahun setelahnya, Indonesia mengirim atlet pada Olimpiade 1956 di Melbourne Australia, lalu Olimpiade 1960 Roma, Italia. Tetapi Indonesia belum juga berhasil memperoleh medali.
Usai 36 tahun (sejak 1952) mengikuti Olimpiade, bendera Indonesia tak kunjung berkibar di gelandang pemenang, penantian akhirnya terjawab di Olimpiade 1988 Seoul, Korea Selatan. Indonesia berhasil meraih medali perak melalui nomor memanah beregu putri, yaitu Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman, dan Kusuma Wardhani.
Empat tahun kemudian, mimpi meraih emas pun dapat terbayarkan, setelah bulutangkis dipertandingkan resmi di Olimpiade. Susy Susanti dan Alan Budikusuma sukses mendapatkan emas yang membuat mereka dikenal sebagai “pengantin Olimpiade”.