TIKTAK.ID – AS mengatakan telah melakukan serangan udara menyasar posisi kelompok Pasukan Mobilisasi Populer (PMF) di dekat perbatasan Irak-Suriah sebagai tanggapan atas serangan pesawat tak berawak terhadap pasukannya di Irak.
Seorang Jubir Pentagon mengatakan serangan itu menargetkan “fasilitas operasional dan penyimpanan senjata” di tiga lokasi.
“Presiden Biden sudah jelas dia akan bertindak untuk melindungi personel AS,” tambahnya, seperti yang dilansir BBC.
Sementara itu PMF mengatakan empat anggotanya dari satu faksi meninggal dan mengancam akan membalas serangan udara itu. Mereka yang meninggal dalam serangan itu merupakan prajurit yang bertugas secara resmi untuk menjaga perbatasan agar kelompok ISIS tidak bisa menyusup ke Irak.
Setidaknya ada lima serangan pesawat tak berawak terhadap fasilitas yang digunakan oleh AS dan personel koalisi sejak April, kata para pejabat AS. Roket juga telah ditembakkan ke arah mereka dan konvoi pasokan telah ditargetkan oleh alat peledak improvisasi.
PMF mengatakan bahwa para pejuang “tidak [terlibat] dalam aktivitas apa pun terhadap kehadiran asing di Irak”, dan bahwa lokasi yang ditargetkan “tidak termasuk toko [senjata] atau sejenisnya, berbeda dengan klaim yang dibuat oleh AS”.
“Dengan demikian, kami mengecam dan mengutuk dengan keras serangan berdosa ini terhadap pasukan kami … dan kami menegaskan bahwa kami mempertahankan hak hukum untuk menanggapi serangan ini dan meminta pertanggungjawaban pelaku mereka di wilayah Irak.”
Juru Bicara Militer Irak, Mayor Jenderal Yehia Rasool juga mengutuk serangan itu, menulis di Twitter bahwa serangan itu mewakili “pelanggaran terang-terangan dan tidak dapat diterima terhadap kedaulatan Irak dan keamanan nasional Irak”.
Dia juga mengulangi “penolakan Irak untuk menjadi ladang saling balas” dan menyerukan “ketenangan dan menghindari eskalasi dalam segala bentuk”.
Juru Bicara Pentagon John Kirby mengatakan “serangan udara presisi defensif” yang terjadi pada Senin pagi dimaksudkan untuk “mengganggu dan menghalangi” serangan pesawat tak berawak terhadap personel AS di Irak.
Mereka menargetkan fasilitas di dua lokasi di Suriah dan satu di dalam Irak yang digunakan oleh beberapa kelompok yang didukung Iran, termasuk Kataib Hezbollah dan Kataib Sayyid al-Shuhada, tambahnya.
Media AS melaporkan bahwa serangan itu diperintahkan oleh Presiden Biden sejak ia menjabat pada Januari -dilakukan oleh F-15 dan F-16 Angkatan Udara AS menggunakan amunisi yang dipandu satelit.
“Kami mengambil tindakan yang diperlukan, tepat, disengaja yang dirancang untuk membatasi risiko eskalasi, tetapi juga untuk mengirim pesan pencegahan yang jelas dan tidak ambigu,” kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken kepada wartawan di Roma.
Namun demikian, klaim Washington bahwa serangan yang mereka lakukan bersifat defensif, dianggap aneh dan mengada-ada oleh banyak pihak. Pasalnya, kelompok pasukan yang mereka serang tidak pernah menyerang AS melainkan justru bertugas mencegah masuknya ISIS dan militan pengacau yang merupakan antek-antek AS untuk memasuki wilayah Irak.