TIKTAK.ID – Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon mengatakan bahwa wacana mengusung Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto di Pilpres 2024 adalah upaya menjegal Prabowo untuk maju sebagai calon presiden.
“Kalau saya tentu sebagai orang Gerindra berharap Pak Prabowo yang akan maju (calon Presiden,red),” ujar Fadli Zon, seperti dilansir Tribunnews.com.
“Jangan-jangan memajukan Jokowi-Prabowo ini merupakan cara supaya Prabowo tidak maju (Nyapres, red). Bisa saja seperti itu kita membacanya,” imbuhnya.
Baca juga : Apa Alasan Fahri Hamzah Tolak Jadi Jubir Jokowi Gantikan Fadjroel Rachman?
Kemudian Fadli menilai, memunculkan wacana masa jabatan presiden tiga periode sangat kontraproduktif dengan situasi pandemi Covid-19. Ia pun mengaku agak kurang bersemangat ketika dimintai tanggapan soal wacana yang semakin ramai dibicarakan tersebut.
“Bagi saya ini tidak produktif. Makanya saya agak termasuk late respons, tidak terlalu menanggapi karena ini tidak etika. Membicarakan (wacana masa jabatan) presiden di masa sekarang pandemi, di masa sekarang ketika banyak orang menghadapi persoalan ekonomi dan lain-lain,” tutur Fadli.
Menurut Fadli, suasana kebatinan masyarakat saat ini tengah menghadapi persoalan priorotas di depan mata, yaitu masalah kesehatan dan ekonomi yang kian sulit di situasi pandemi Covid-19. Oleh sebab itu, Fadli menganggap wacana masa jabatan presiden 3 periode sangat tidak produktif.
Baca juga : Desakan Agar KPI Tegas Terkait Kontroversi Sinetron ‘Zahra’ Terus Mengalir
“Menurut saya, mengalihkan perhatian kita terhadap apa yang ada di depan mata kita yaitu ekonomi dan pandemi Covid, padahal ini dua hal yang sangat genting. Jadi terlalu awal (wacana presiden 3 periode) untuk disampaikan,” tegas Fadli.
Sebelumnya, Penasihat Komunitas Jokowi-Prabowo 2024 (JokPro 2024), Momahad Qodari mengaku mengusung Jokowi dan Prabowo sebagai pasangan di kontestasi Pilpres 2024 mendatang, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya polarisasi di tengah masyarakat.
Qodari menjelaskan, berkaca pada Pilpres 2014, ketika Jokowi akan dilantik sebagai Presiden, sesungguhnya massa simpatisan Prabowo berencana menyerbu gedung MPR. Ia mengklaim massa bermaksud membatalkan pelantikan Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Baca juga : 8 Orang Pengurus Yayasan Pusdiklat Dai Ditangkap Usai Ngaku Nabi ke-28
“Kemudian pada 2019 Bawaslu diserbu habis-habisan, terjadi bentrokan. Bukan hanya di Sudirman, tetapi sampai ke Tanah Abang, Slipi,” ucap Qodari.
“Untuk itu, saya melihat nanti 2024 kalau polanya tetap seperti ini, katakanlah kalau calon itu bukan Jokowi-Prabowo, maka akan terjadi apa yang dikhawatirkan,” sambungnya.