TIKTAK.ID – Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen mengatakan Eropa sudah terlambat untuk menyetujui vaksin Covid-19 dan terlalu optimis dengan produksinya. Hal itu disampaikan Ursula setelah banjir kritik atas upaya vaksinasi Benua Biru itu.
Ursula menyampaikan pernyataan itu ketika ia berbicara kepada politisi di Parlemen Uni Eropa di Brussel pada Rabu (10/2/21).
Ia menambahkan bahwa 26 juta dosis vaksin telah diberikan dan seharusnya pada akhir musim panas tahun ini, 70 persen orang dewasa di 27 negara Eropa telah diinokulasi, seperti yang ditulis Aljazeera.
Sementara, sejauh ini Eropa telah menyetujui tiga vaksin, yaitu yang diproduksi oleh BioNTech/Pfizer, Moderna dan Oxford-AstraZeneca. Namun peluncurannya terhambat oleh penundaan pengiriman, kemacetan produksi, dan kesalahan politik.
Hal itulah yang memunculkan kritik dari politisi dan warga yang frustrasi di seluruh Eropa, terutama karena tingkat vaksinasi mereka tertinggal di belakang AS, Inggris, Israel, dan negara-negara kaya lainnya.
“Ini adalah fakta bahwa kita hari ini tidak berada di tempat yang kita inginkan dalam perang melawan virus,” kata Ursula.
“Kami terlambat dengan persetujuan. Kami terlalu optimis dengan produksi massal. Dan mungkin kami juga terlalu yakin bahwa pesanan benar-benar akan sampai tepat waktu,” ujarnya. “Di satu sisi, sains melampaui industri.”
Ursula juga mengakui kesalahannya yang dibuat ketika sengketa sengit pada bulan lalu terkait vaksinasi antara Eropa dan Inggris.
Blok tersebut bermaksud untuk menggunakan langkah-langkah darurat Brexit untuk membatasi pengiriman vaksin Covid-19 dari melintasi perbatasan Irlandia ke Inggris. Namun akhirnya menghentikan rencana itu setelah mengirim gelombang kejutan melalui Irlandia Utara, London, dan Dublin.
“Saya sangat menyesali itu,” katanya, seraya menambahkan bahwa Komisi Eropa akan melakukan yang terbaik untuk melindungi perdamaian di Irlandia Utara.
Menghindari perbatasan antara Irlandia anggota UE dan Irlandia Utara, yang merupakan bagian dari mantan anggota UE Inggris Raya, dipandang sebagai kunci untuk melindungi proses perdamaian di sana.
Ursula menambahkan bahwa krisis kesehatan telah memberiikan banyak pelajaran yang bisa diambil.
Ia mengatakan, klinik di benua itu harus berbagi lebih banyak data, peraturan untuk memungkinkan European Medicines Agency (EMA) bergerak lebih cepat dalam otorisasi vaksin yang harus diperbaiki, dan kendala industri yang menghambat produksi vaksin harus diatasi.
Ursula melanjutkan bahwa Eropa akan meluncurkan uji klinis untuk dapat memberikan data regulator lebih cepat dan Komisi akan membentuk satuan tugas untuk membantu meningkatkan produksi vaksin.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa, mencatat negara-negara Eropa, menjadi negara yang sangat terpukul oleh krisis Covid-19, dengan hampir 20 juta kasus tercatat di Eropa dan Wilayah Ekonomi Eropa (EEA) sejak pandemi dimulai.
Sedang korban tewas di seluruh Uni Eropa dan EEA telah mendekati 475.000 orang.