TIKTAK.ID – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan pemerintahnya tidak akan membiarkan demonstrasi selama sebulan di sebuah universitas Turki yang kini tumbuh menjadi protes anti-Pemerintah, serupa dengan yang terjadi pada 2013.
Erdogan menyebut para pengunjuk rasa sebagai “teroris” dan mengecam gerakan LGBTQ sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Turki, seperti yang dilaporkan Aljazeera.
Protes oleh mahasiswa dan dosen di Universitas Bogazici Istanbul dipicu oleh penunjukan Melih Bulu, seorang akademis dan mantan kandidat poltik sebagai rektor oleh Erdogan.
Mereka menyebut proses penunjukan itu tidak demokratis dan menuntut Bulu mengundurkan diri. Kasus ini menyebabkan perdebatan nasional terkait sejauh mana jangkauan Pemerintah di Universitas.
Lebih dari 250 orang ditahan di Istanbul minggu ini dan 69 lainnya ditahan di Ankara.
Demonstrasi kali ini menandai beberapa demonstrasi terbesar sejak 2013 ketika ratusan ribu orang berbaris menentang rencana Pemerintah untuk membangun replika barak Ottoman di Taman Gezi Istanbul.
“Negara ini tidak akan dijalankan oleh teroris. Kami akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencegah ini,” kata Erdogan kepada anggota Partai AK-nya pada Rabu (3/2/21).
Dia mengatakan para pemuda pengunjuk rasa tidak memiliki “nilai-nilai nasional dan spiritual” Turki dan merupakan anggota dari kelompok “teroris”.
“Apakah Anda pelajar atau teroris yang mencoba menyerang kamar rektor?” Kata Erdogan. “Negara ini tidak akan lagi menyiarkan acara Gezi di Taksim, tidak akan mengizinkannya. Kami tidak mendukung teroris dan kami tidak akan.”
Perselisihan tentang rektor meningkat minggu lalu setelah pengunjuk rasa menggantung poster di dekat kantornya yang menggambarkan situs paling suci umat Islam, tempat suci Kakbah di Mekah, yang menampilkan simbol LGBTQ.
Erdogan berkata, “Tidak ada yang namanya LGBTQ.”
“Negara ini nasional dan spiritual, dan akan terus berjalan menuju masa depan seperti itu,” ujarnya.
Komentar Erdogan muncul sehari setelah polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan lebih dari 1.000 orang di Istanbul dan beberapa ratus di Ankara.
Pemimpin utama partai oposisi, Kemal Kilicdaroglu menyerukan pengunduran diri Bulu. Wali Kota Ankara, Mansur Yavas mendesak Bulu dalam surat terbukanya untuk “mengorbankan” posisinya demi “perdamaian akademis, pemuda dan masa depan kita”.
Rektor Bulu mengatakan sebelumnya bahwa dia tidak akan mundur meski ada tuntutan yang terus meningkat.
“Saya tidak pernah berpikir untuk mengundurkan diri,” katanya ke media Turki.
Bulu, yang pernah melamar ke partai berkuasa Erdogan untuk mencalonkan diri di Parlemen, mengatakan kepada penyiar HaberTurk bahwa “krisis akan selesai total dalam enam bulan”.