TIKTAK.ID – Kebakaran hutan di Perth, timur laut kota pantai barat Australia, telah melahap sedikitnya 56 rumah dan mengancam lebih banyak lagi pada Selasa (2/2/21). Sementara banyak penduduk di wilayah itu mengeluh sudah terlambat untuk mengungsi.
Api melalap wilayah seluas 7.000 hektar, yang memiliki garis keliling 80 kilometer, yaitu mulai pada Senin kemarin dan terus berkobar sepanjang malam di dekat kota Wooroloo, dan berdampak pada kota Mundaring, Chittering, Northam, dan Swan, seperti dilansir The Associated Press.
Wakil Komisaris, Craig Waters mengatakan bahwa kebakaran itu juga membuat seorang petugas pemadam kebakaran dilarikan ke rumah sakit karena menghirup asap dan sejumlah lainnya mengalami luka bakar dangkal di telinga. Tidak ada cedera lain yang dilaporkan.
Waters menambahkan, api terus membesar tak terkendali dan berlipat ganda hanya dalam semalam, lalu membakar 7.366 hektar tanah pertanian dan hutan.
“Angin kencang menghalangi kami untuk masuk dan menahan api serta mengendalikannya,” katanya.
Sementara itu, Perdana Menteri Negara Bagian Mark McGowan mengatakan 80 persen dari semua properti di Tilden Park dekat Gidgegannup di pinggiran pedesaan timur laut Perth telah musnah dilalap api.
McGowan mengatakan sebuah kapal tanker udara besar sedang terbang dari pantai timur Australia untuk membantu melawan kobaran api.
“Ini adalah kebakaran yang sangat berbahaya dan situasi yang serius. Kondisi cuaca sangat tidak stabil,” kata McGowan.
“Tolong lakukan semua yang Anda bisa untuk membuat Anda dan keluarga Anda aman dan saling menjaga,” tambahnya.
Penduduk yang tinggal dalam jarak 25 kilometer ke barat dari Wooroloo hingga ke Taman Nasional Walyunga di timur laut Perth pada Selasa ini diperingatkan bahwa terlalu berbahaya untuk meninggalkan rumah mereka.
“Anda harus berlindung sebelum api datang, karena panas yang ekstrem akan membunuh Anda jauh sebelum nyala api mencapai Anda,” kata peringatan terbaru itu.
Jalan di luar pinggiran kota semi-pedesaan The Vines di pinggiran utara Perth sangat padat, sehingga membuat beberapa orang memilih untuk tetap tinggal.
Melissa Stahl, 49, mengindahkan pesan yang menyuruhnya untuk mengungsi.
“Saya bisa mencium bau api dan keluar dari belakang dan seluruh halaman dipenuhi asap,” katanya. “Kami mengambil tempat tidur, foto, dua anak dan anjing itu, saya keluar dari sana.”
Peringatan untuk daerah terancam lainnya menyuruh orang untuk pergi jika mereka tidak siap untuk memadamkan kobaran api. Kebakaran hutan tidak dapat diprediksi dan kondisi cuaca berubah dengan cepat, kata peringatan itu, mendesak orang untuk tetap waspada.
Hingga saat ini penyebab kebakaran masih belum diketahui.
Pengawas Departemen Kebakaran dan Layanan Darurat, Peter Sutton mengatakan sekitar 250 petugas pemadam kebakaran telah dikerahkan untuk memadamkan api yang tidak menentu itu.
“Ini sangat sulit, hampir mustahil … untuk memadamkan api ini,” kata Sutton.
Kebakaran hutan biasa terjadi selama musim panas Belahan Bumi Selatan saat ini. Namun musim panas di pantai tenggara Australia, yang diluluhlantahkan oleh kebakaran besar pada musim panas tahun lalu cukup lekat di ingatan penduduk Australia.