TIKTAK.ID – Mantan Direktur Komunikasi Gedung Putih, Antony Scaramucci mengatakan bahwa dirinya akan senang jika Presiden Donald Trump “masuk penjara”. Dia membandingkan presiden AS itu dengan Timothy McVeigh, yaitu orang yang bertanggung jawab atas pemboman Kota Oklahoma pada 1995, sebuah aksi teroris terbesar di tanah AS sebelum 9/11, yang menewaskan 168 orang dan melukai lebih dari 680 lainnya.
Selama wawancara dengan Anderson Cooper dari CNN, Scaramucci mengatakan bahwa Trump menghasut kerusuhan dan “pemberontakan”, yang tampaknya mengacu pada peristiwa yang terjadi di gedung Capitol AS di Washington DC pada 6 Januari.
“Dia bisa dibilang, setidaknya di abad ke-21, Anda bisa mengatakan Timothy McVeigh untuk abad ke-20, tapi dia (Trump) adalah teroris domestik abad ke-21,” katanya, seperti yang dilansir Sputniknews.
Pria yang dipecat Trump pada 2017 itu menambahkan bahwa dia yakin Trump “akan dikenal sepanjang sejarah sebagai seseorang yang menghasut terorisme domestik”, dan bersikeras bahwa presiden yang akan lengser itu harus “dimintai pertanggungjawaban” dan “dihukum di Senat”.
“Dia harus dihukum, menurut pendapat pribadi saya, saya ingin melihatnya dipenjara, meski itu kemungkinan besar tidak akan terjadi, tetapi mencabut kekuasaan mantan presiden melalui hukuman, saya pikir akan menjadi awal yang baik,” dia berkomentar.
Juga, Scaramucci menduga bahwa Trump mungkin akan melakukan “satu pemberontakan besar lagi” jika dia bisa, sebelum Joe Biden dilantik sebagai Presiden ke-46 Amerika Serikat, tetapi agak tidak mungkin melakukannya “karena dia tidak bisa melakukannya” setelah tak memiliki komunikasi, pesan langsung yang diberikannya melalui media sosial”.
Pada 6 Januari lalu, pendukung Presiden Trump menyerbu gedung Capitol AS di Washington DC, mengganggu sesi Kongres AS yang ketika itu secara resmi menghitung suara yang diberikan oleh Electoral College.
Begitu polisi berhasil mengendalikan para pengunjuk rasa, para senator melanjutkan sesi mereka dan melanjutkan untuk mengonfirmasi Biden sebagai Presiden AS berikutnya dan Kamala Harris sebagai Wapresnya.
Pada 13 Januari, Dewan Perwakilan Rakyat AS memberikan suara 232 mendukung pemakzulan Donald Trump atas “hasutan pemberontakan”, sehingga menjadikannya satu-satunya presiden AS yang dimakzulkan dua kali.
Sejak itu, Twitter menutup akun Trump dan dia pun dibungkam di platform media sosial arus utama lainnya.
Trump sendiri, membantah bertanggung jawab atas penyerbuan ke Capitol, memberikan pernyataan menentang setiap kebrutalan pada hari-hari menjelang pelantikan Joe Biden.