TIKTAK.ID – Dua ledakan hantam provinsi Bamiyan, Afghanistan tengah, menewaskan sedikitnya 14 orang dan melukai 45 lainnya, kata pejabat provinsi itu pada Selasa (24/11/20), saat komunitas internasional menjanjikan bantuan dana untuk Afghanistan pada konferensi di Swiss.
Kedua bom itu disembunyikan di pinggir jalan di pasar utama kota Bamiyan, menewaskan 12 warga sipil dan dua polisi lalu lintas, kata Zabardast Safai, Kepala Polisi provinsi itu, seperti yang dilaporkan Reuters.
Sementara 45 orang lainnya terluka yang sebagian besar merupakan pengunjung restoran dan toko terdekat, kata Safai menambahkan.
Juru Bicara Kementerian Dalam Negeri, Tariq Arian mengatakan dua bom magnetis meledak di pasar yang ramai, dan menyebutnya sebagai “kejahatan yang tak termaafkan”.
“Saat saya sampai di pasar… masih ada darah dan bagian tubuh dimana-mana. Ledakan itu terjadi saat orang-orang sedang ramai berbelanja,” kata warga setempat Anwar Saadatyar kepada kantor berita AFP.
“Saya kemudian mengunjungi rumah sakit dan melihat orang-orang menangisi kerabat mereka yang tewas atau terluka dalam ledakan itu,” katanya.
“Ada begitu banyak orang yang terluka sehingga dokter tidak tahu siapa yang harus dirawat terlebih dahulu. Saya tidak akan pernah melupakan peristiwa itu.”
Pada hari yang sama, lusinan negara mulai menjanjikan bantuan miliaran dolar untuk Afghanistan pada konferensi di Jenewa. Mereka berharap bahwa negosiasi perdamaian yang baru-baru ini dimulai antara Pemerintah dan Taliban akan mengakhiri perang selama hampir dua dekade.
Bamiyan selama ini telah dilihat sebagai provinsi teraman di negara itu karena lokasinya yang terpencil di pegunungan tengah. Suku lokal yang dominan di wilayah itu, Hazara, menentang Taliban, sementara sebagian besar etnis Pashtun membantai ribuan Hazara selama pemerintahan mereka.
Taliban, yang telah melancarkan pemberontakan terhadap Pemerintah Kabul yang didukung asing sejak digulingkan pada akhir 2001, membantah terlibat dalam pemboman itu.
Hazara sebagian besar adalah Muslim Syiah. Minoritas Syiah telah berulang kali menjadi korban penyerangan militan Sunni, terutama dari kelompok teroris ISIS di Afghanistan.
Hampir 6.000 warga sipil Afghanistan tewas atau terluka dalam sembilan bulan pertama tahun ini karena pertempuran sengit antara pasukan Pemerintah dan kelompok Taliban terus berlangsung meskipun ada upaya untuk mencapai perdamaian, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.