TIKTAK.ID – Di samping sebagai pilihan hiburan, film kerap kali mengangkat topik tertentu, bahkan yang tergolong isu-isu sensitif semacam politik, rasisme, sampai perbedaan-perbedaan lainnya yang bisa jadi dipandang tabu diperbincangkan secara luas.
Sineas Garin Nugroho, berulang kali mengangkat film-film bertajuk isu “sensitif”, seperti “Kucumbu Tubuh Indahku”. Dalam kesempatan ini kita akan berbagi tips dari Garin yang dikenal berani mengangkat kisah yang sering kali memantik pro dan kontra.
“Pembuat film harus dapat memikirkan hal-hal ini terlebih dahulu. Mulai dari sisi kreativitas termasuk ide, proses penciptaannya, dan strategi untuk menanggapi reaksi publik (karena berani mengambil isu sensitif di film),” ujar Garin dalam sela-sela acara virtual ACFFEST KPK 2020, Rabu (19/8/20) sebagaimana dilansir Media Indonesia.
Garin pun mengklaim setidaknya sudah tiga kali memperoleh beraneka reaksi sampai ancaman disebabkan film-film fenomenal yang ia produksi. Tetapi, tentu tidak menjadikan sutradara asli Yogyakarta ini menghentikan karyanya.
Menurut sutradara “Daun di Atas Bantal” (1998) itu, pembuat film perlu mengetahui dan memahami sebenarnya konsekuensi dari film “sensitif” yang bakal ia kerjakan.
“Semua kreator perlu memahami konsekuensi dari film yang akan ia buat. Sesudah itu, kreator perlu memiliki strategi, misalnya bagaimana agar menjaga keamanan kru, sampai melakukan networking dengan pihak-pihak tertentu,” terang Garin.
Sementara, strategi juga melingkupi cara pandang dan cara penyampaian yang pembuat film hendak lekatkan, supaya dapat diterima khalayak penonton.
“Strategi cara pandang juga penting, karena (topik sensitif yang diputuskan) sangat luas. Kemudian cara penyampaiannya sebagaimana apa yang kita hendak buat, contohnya dibalut dengan komedi, humor, dan lainnya,” jelas Garin.
Baru-baru ini, sineas lulusan Fakultas Sinematografi Institut Kesenian Jakarta itu mengungkapkan, bahwa hal utama yang perlu dipegang oleh pembuat film, selain keberanian, ialah sikap hidupnya.
Maka pembuat film yang hendak mengangkat isu sensitif ke bentuk audio-visual dapat tetap teguh mengerjakan karyanya dengan sungguh-sungguh.
“Dan terakhir, yang paling penting adalah sikap hidup dia sebagai kreator. Empat langkah sebelumnya itu sejalan dengan sikap hidup dia,” imbuh Garin.