TIKTAK.ID – Penasihat Utama Gedung Putih Jared Kushner mencemooh kepemimpinan Palestina pada Senin (17/8/20), dengan mengatakan bahwa kredibilitas kepemimpinan Palestina jatuh “terendah sepanjang masa”. Dia juga menegaskan tak akan memohon Palestina meneken kesepakatan damai jika mereka terus menolak tawaran Amerika.
Kushner menyampaikan cemoohnya itu ketika melakukan konferensi yang membahas perjanjian hubungan diplomatik antara Israel dan Uni Emirat Arab yang ditengahi Amerika Serikat, tulis The Assosiated Press.
Berbicara kepada wartawan dari Timur Tengah, Kushner mengatakan bahwa ada peningkatan frustrasi di wilayah tersebut atas apa yang disebutnya sebagai penghalang Palestina untuk kemajuan rakyat mereka.
“Kami tidak akan mengejar kepemimpinan Palestina,” kata Kushner. “Kredibilitas mereka benar-benar jatuh ke titik terendah sepanjang masa dan bahkan orang-orang yang ingin membantu Palestina, orang-orang itu hanya mengatakan bahwa Anda tidak dapat membantu orang yang tidak ingin membantu diri mereka sendiri.”
Otoritas Palestina yang diakui secara internasional memutuskan hubungan dengan Gedung Putih setelah Presiden Donald Trump mengakui Yerusalem yang diperebutkan sebagai Ibu Kota Israel pada Desember 2017.
Palestina telah menolak rencana Trump di Timur Tengah yang dirilis awal tahun ini, yang sangat menguntungkan Israel, karena dianggap bias secara tidak adil. Palestina mengutuk perjanjian UEA dengan Israel minggu lalu sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan mereka.
Dalam istilah yang sangat keras, Kushner mengatakan dunia “mulai memblokir kebisingan” yang datang dari para pejabat Palestina, menyebut tanggapan mereka “begitu mudah diprediksi dan tidak logis”.
Kesepakatan minggu lalu membuat Uni Emirat Arab menjadi negara Arab ketiga yang setuju untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Langkah UEA mengacuhkan konsensus Arab yang telah lama ada bahwa pemulihan hubungan resmi dengan Israel harus dilakukan hanya setelah konsesi dibuat dalam upaya perdamaian dengan Palestina. Tembok dukungan Arab kepada Israel itu telah lama berfungsi sebagai salah satu dari sedikit poin pengaruh Palestina terhadap Israel.
Kushner mengatakan pemerintahan Trump telah berulang kali ditolak oleh Palestina meskipun sudah banyak upaya mencoba memperbaiki kondisi mereka. Dia mengutip konferensi ekonomi regional yang diadakan tahun lalu yang dimaksudkan mengumpulkan dana untuk memperbaiki ekonomi Palestina, serta rencana Timur Tengah Trump, yang menurutnya memberi Palestina “sebagian besar dari apa yang mereka inginkan”.
Terlepas dari klaim Kushner, rencana Trump itu jauh dari tuntutan Palestina untuk menjadi sebuah negara merdeka di Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Jalur Gaza, wilayah yang direbut Israel pada 1967.
Rencana Trump itu akan memberikan Israel kendali permanen atas 30 persen wilayah Tepi Barat sementara mengizinkan otonomi terbatas bagi Palestina di sisa wilayah jika mereka memenuhi daftar tuntutan yang sangat ketat. Hampir semua Yerusalem Timur, termasuk situs-situs suci yang sensitif, akan berada di bawah kendali Israel.
Juru Bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rdeneh menyalahkan pemerintahan Trump, mengatakan Amerika berlaku “buruk” dalam berurusan dengan Palestina dan merupakan penyebab kebuntuan ini. Dia mengatakan Palestina siap bernegosiasi berdasarkan konsensus internasional yang menyerukan negara Palestina berdasarkan garis 1967.
Sebagai bagian dari kesepakatan UEA, Israel setuju untuk menunda rencananya mencaplok sebagian Tepi Barat. Tetapi interpretasi kedua belah pihak tentang apa yang dimaksud sepertinya berbeda, dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengatakan bahwa langkah itu masih dalam “penangguhan sementara” menyusul permintaan oleh pemerintahan Trump, dan UEA menunjukkan, rencana itu sepenuhnya tidak dapat dilakukan.
Kushner mengatakan dia yakin perjanjian untuk menunda aneksasi “akan bertahan”.
“(Netanyahu) telah memberi kami jaminan bahwa dia tidak akan melakukannya tanpa persetujuan kami dan itu cukup baik bagi kami,” katanya.