TIKTAK.ID – Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan tampak geram karena jajarannya memilih toa sebagai alat untuk memberi peringatan dini banjir di Jakarta. Anies mengatakan woro-woro menggunakan cara itu tidak efektif.
“Ini bukan early warning system, tapi ini toa. This is not a system. Ini toa,” ujar Anies dalam video yang diunggah dalam akun resmi Pemprov DKI di YouTube, seperti dilansir Liputan6.com, Jumat (6/8/20). Ketika itu, Anies tengah rapat bersama jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk membahas pengendalian banjir.
Anies pun geram lantaran setiap tahunnya, Ibu Kota mengalami banjir. Tetapi sistem yang dijalankan tidak relevan dengan kondisi lapangan, salah satunya soal toa seperti yang dicontohkan Anies.
Dalam unggahan video yang berjudul “03 Ags 2020 Rapat Pimpinan: Pengendalian Banjir Bag 3/3”, pada menit 10.40, Anies meminta ditampilkan slide. Kemudian pada slide tersebut muncul sebuah gambar yang dinamakan sebagai Disaster Early Warning System (DEWS). Diketahui terdapat 24 DEWS yang terpasang di 14 kelurahan.
Lalu mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menanyakan asal alat tersebut. Jajarannya menjawab alat itu didapatkan dari Jepang sebagai barang hibah.
Baca juga : Sampaikan Belasungkawa Tragedi Ledakan Beirut, Jokowi: Indonesia Berdiri Bersama Lebanon
Menurut Anies, Jepang menggunakan alat tersebut sebagai peringatan tsunami. Anies menilai alat itu tidak relevan dipakai di Jakarta untuk menyampaikan peringatan dini banjir.
Anies menjelaskan, ada banyak cara dan sistem penyampaian peringatan dini tanpa pengadaan barang. Ia mencontohkan dengan menggunakan WhatsApp dan koordinasi antar-SKPD.
Halaman selanjutnya…